ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.

YAA ALLAH DENGAN PERTOLONGANMU KAMI MEMOHON
BERILAH KAMI KEKUATAN LAHIR DAN BATHIN UNTUK MAMPU MERAIH RIDLAMU..

Kamis, 12 Juli 2012

SEPUTAR RAMADHAN DAN HARIRAYA TAHUN 2012 M


AWAL RAMADHAN :
IJTIMAK : KAMIS WAGE 19 JULI 2012, PUKUL 11.25.24 WIB
TINGGI BULAN : +01.38.40 (HILAL SUDAH WUJUD)
MAKA 1 RAMADHAN 1433 H
JATUH PADA HARI
JUM’AT KLIWON TGL 20 JULI 2012.

JADWAL IMSAKIYAH RAMADHAN 1433 H

TGL
IMSAK
SHUBUH
SYURUQ
DLUHUR
ASHAR
MAGHRIB
ISYAK
KET.
20 JULI
04.18
04.28
05.44
11.42
15.04
17.36
18.48

21 JULI
04.18
04.28
05.44
11.42
15.04
17.36
18.48

22 JULI
04.18
04.28
05.44
11.42
15.04
17.36
18.48

23 JULI
04.18
04.28
05.43
11.42
15.04
17.37
18.48

24 JULI
04.18
04.28
05.43
11.42
15.04
17.37
18.48

25 JULI
04.18
04.28
05.43
11.42
15.04
17.37
18.48

26 JULI
04.18
04.28
05.43
11.42
15.04
17.37
18.48

27 JULI
04.18
04.28
05.43
11.42
15.04
17.37
18.48

28 JULI
04.18
04.28
05.43
11.42
15.04
17.37
18.48

29 JULI
04.18
04.28
05.43
11.42
15.04
17.37
18.48

30 JULI
04.18
04.28
05.43
11.42
15.04
17.37
18.48

31 JULI
04.17
04.27
05.42
11.42
15.04
17.37
18.48

01 AGUS
04.17
04.27
05.42
11.42
15.04
17.37
18.48

02 AGUS
04.17
04.27
05.42
11.42
15.04
17.38
18.48

03 AGUS
04.17
04.27
05.42
11.42
15.04
17.38
18.48

04 AGUS
04.17
04.27
05.42
11.42
15.03
17.38
18.48

05 AGUS
04.17
04.27
05.41
11.42
15.03
17.38
18.48

06 AGUS
04.17
04.27
05.41
11.42
15.03
17.38
18.48

07 AGUS
04.17
04.27
05.41
11.42
15.03
17.38
18.48

08 AGUS
04.16
04.26
05.40
11.41
15.03
17.38
18.48

09 AGUS
04.16
04.26
05.40
11.41
15.03
17.38
18.48

10 AGUS
04.16
04.26
05.40
11.41
15.03
17.38
18.48

11 AGUS
04.16
04.26
05.40
11.41
15.02
17.38
18.48

12 AGUS
04.16
04.26
05.39
11.41
15.02
17.38
18.48

13 AGUS
04.15
04.25
05.39
11.41
15.02
17.38
18.48

14 AGUS
04.15
04.25
05.39
11.40
15.02
17.38
18.47

15 AGUS
04.15
04.25
05.39
11.40
15.01
17.38
18.47

16 AGUS
04.15
04.25
05.38
11.40
15.01
17.38
18.47

17 AGUS
04.14
04.24
05.37
11.40
15.01
17.38
18.47

18 AGUS
04.14
04.24
05.37
11.40
15.01
17.38
18.47



















AWAL BULAN SYAWAL 1433
IJTIMAK : JUM’AT PON 17 AGUSTUS 2012, PUKUL 22.56.50 WIB
TINGGI BULAN : - 04.37.51 (HILAL BELUM WUJUD)
MAKA 1 SYAWAL (HARIRAYA IDUL FITHRI) JATUH PADA HARI:
AHAD KLIWON 19 AGUSTUS 2012.

Selasa, 31 Januari 2012

Majlis Tarjih Muhammadiyah Jatim Rumuskan Asketisme Islam


Malang- Kajian Majlis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (29/1), berlangsung hangat. Tak kurang 200 peserta yang terdiri dari para ulama tarjih, tokoh muda Muhammadiyah, kader tarjih dan akademisi mengikuti acara sehari bertajuk “Asketisme Islam untuk Keteladanan Bangsa” ini.

Ketua MTT, Dr. Syamsuddin, MA, mengatakan nilai-nilai kezuhudan (asketisme) bisa menjadi pedoman bagi kader-kader Muhammadiyah. Pengejewantahan sikap juhud  itu dapat dilakukan dalam berbagai sisi kehidupan, termasuk dalam kepemimpinan nasional. Seorang pemimpin harus menunjukkan sikap juhud agar menjadi teladan bagi rakyatnya. “Dalam kajian tarjih inilah kita akan merumuskan juhud untuk membangun keteladanan pemimpin,” ungkapnya.

Rektor UMM, Muhadjir Effendy, mendukung agar Majlis Tarjih lebih sering lagi melakukan kajian. Sebagai gerakan tajdid (pembaruan), tarjih merupakan ruh bagi Muhammadiyah. “Membahas tarjih adalah menghidupkan ruh Muhammadiyah, jadi jangan hanya mengurusi yang jasad saja di Muhammadiyah. Tarjih ini lebih bersifat substansial,” kata rektor. Oleh karena tarjih tidak bisa menghasilkan sumberdana, maka idealnya Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) secara bergilir menyelenggarakan secara rutin.

Menurut Muhadjir, Muhammadiyah sesungguhnya memiliki cukup banyak ulama yang dapat membimbing umat melalui kajian-kajian tarjih itu. Hanya saja kyai di kalangan Muhammadiyah kurang dikenal walau selalu didengar dan diikuti pendapatnya. “Produk ke-Kyai-an itu harus kita ciptakan, agar kita juga bisa memiliki tarjih dan menjadikan kekuatan dalam ber-istinbath terhadap hukum-hukum Islam”, terangnya. 

Acara dibuka Ketua PWM Jatim, Prof. Dr. Thohir Luth. Dia menuturkan kebutuhan kontemporer dan mujdid sangat berkembang pada masa ini, sehingga sangat membutuhkan pembaharuan dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini harus dimulai dengan fatwa-fatwa baru untuk membahas permasalahan kontemporer yang dimulai oleh penggerak-penggerak Muhammadiyah.

“Dalam masalah asketisme, ulama-ulama Muhammadiyah harus tampil dengan simpati dan gagah sehingga fatwa maupun asketisme kontemporer dimaknai dengan kegagahan untuk ibadah kepada Allah,” ujar Thohir.

Dalam makalahnya,Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Syafiq A. Mugni, MA yang dipanel dengan Dr. H. M. Saad Ibrahim, MA ini memprihatinkan asketisme yang redup di kalangan pempmpin. Redupnya ke-zuhudan itu memancing sikap menyimpang. Dia setuju bahwa zuhud bisa dimaknai meninggalkan hal-hal yang haram. “Al-Qusyairi berpendapat bahwa juhud itu meninggalkan secara mutlak hal-hal yang haram dan meninggalakn atas keinginannya sendiri hal-hal yang mubah,” terangnya.

Namun dewasa ini, kata Syafiq, kehidupan zuhud tertransformasikan menjadi tasawwuf dan ditransformasikan menjadi tarekat. “Yang pada awalnya tarekat ini baik, namun pada akhirnya banyak orang yang nyeleneh dengan tarekat ini. Untuk itu melihat kondisi masyarakat rumusan konsep dan perilaku zuhud atau asketisme sangat diperlukan,” lanjutnya.

Menariknya, Syafiq menolak pendapat bahwa zuhud itu miskin. Sebaliknya, untuk menjadi zuhd perlu kaya, karena jika miskin namanya terpaksa zuhd. “Yang paling baik adalah orang kaya dan pekerja keras namun sederhana dalam kehidupan dan mempergunakan hartanya untuk agama,” simpul mantan Ketua PWM Jatim ini.

Untuk mencapai hidup zuhud itu, Saad Ibrahim memiliki usulan menarik. Kekayaan harus diraih untuk dapat melaksanakan perintah zakat, berinfaq, bersedekah, meninggalkan ahli waris dalam keadaan cukup secara material. “Jangan terpedaya ole kehidupan duniawi. Himpun kekayaan tetapi jangan jiwamu terbelenggu olehnya,” tegasnya.

Selasa, 17 Januari 2012

KEISTIMEWAAN MENINGGAL PADA HARI RABU ATAU HARI JUM’AT



Pertanyaan Dari:
Muhni Abdullah <muhni.abdullah@gmail.com>
(disidangkan pada hari Jum’at, 4 Syakban 1431 H / 16 Juli 2010)


Pertanyaan:

Kami mohon penjelasan dan jawaban atas pertanyaan berikut :
1.      Apa keistimewaan bagi orang yang wafat pada hari Rabu atau hari Jum'at?
2.      Apa dan bagaimana dasarnya (hadisnya)?
Demikian pertanyaan kami, atas perhatian dan jawabannya kami menghaturkan terimakasih.


Jawaban:

Terima kasih atas pertanyaan yang saudara ajukan. Sebelum menjawab pertanyaan saudara, perlu kami sampaikan terlebih dahulu hal-hal berikut. Permasalahan keutamaan meninggal di hari Jum’at, seperti yang saudara ajukan, adalah termasuk permasalahan ghaib yang oleh agama Islam hanya dibolehkan percaya pada argumentasi yang bersandarkan pada dalil-dalil sam’iy-naqliy (yang datang dari al-Qur’an dan as-Sunnah). Dalam hal yang termasuk perkara ghaib, kita tidak diperkenankan untuk membuat cerita atau meyakini sesuatu kecuali berdasarkan keterangan langsung dari nash al-Qur’an maupun as-Sunnah. Tidak ada ruang bagi kita untuk melakukan analogi dan menggunakan akal untuk mengetahui permasalahan-permasalahan ghaib. Allah SWT telah berfirman:

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ [الأنعام، 6: 50]
Artinya: “Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” [QS. al-An’am (6): 50]
Nabi Muhammad saw juga telah bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. [رواه البخاري ومسلم]
Artinya: “Barangsiapa mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan berasal darinya maka ia tertolak.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain disebutkan:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ [رواه مسلم]
Artinya: “Barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang tidak berdasar pada urusan (agama) kami, maka amalan itu tertolak.” [HR Muslim]

Mengenai pertanyaan keutamaan meninggal di hari Rabu, kami telah meniliti sejumlah kitab-kitab hadis dan mencari kemungkinan adanya keterangan dari Nabi saw tentang keistimewaan meninggal pada hari tersebut. Namun kami tidak menemukan keterangan sama sekali yang menjawab pertanyaan saudara. Dengan demikian, jika berkembang di masyarakat suatu kepercayaan mengenai keutamaan meninggal di hari Rabu, maka ia merupakan kepercayaan yang tidak berdasar sama sekali.
Mengenai keutamaan meninggal pada hari Jum’at, terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ [رواه الترمذي]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat kecuali Allah akan melindunginya dari adzab kubur.” [Sunan at-Tirmidzi/vol. III/hadis ke 1074]

Secara lengkap sanad dari hadis ini adalah: at-Tirmidzi à Muhammad bin Basysyar à Abdurrahman bin Mahdi dan Abu Amir al-Aqadi à Hisyam bin Sa’ad à Sa’id bin Abi Hilal à Rabiah bin Saif à Abdullah bin Amr bin Ash.

Para ulama hadis berbeda pendapat tentang status hadis ini. Imam at-Tirmidzi (w. 360 H) sendiri yang meriwayatkan hadis ini dalam kitab Sunan at-Tirmidzi menilainya sebagai hadis gharib (karena diriwayatkan oleh satu orang saja) dan munqathi’ karena sanadnya tidak bersambung (laisa bi muttashil). Menurutnya, tokoh yang bernama Rabiah bin Saif (w. 120 H) dari generasi tabiut tabiin yang meriwayatkan hadis ini tidak pernah bertemu dengan sahabat Nabi Abdullah bin Amr bin Ash (w. 63 H), sehingga ada satu perawi dari tingkatan tabiin yang hilang. Status gharib yang diberikan oleh at-Tirmidzi ini kemudian diteruskan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H) seorang ulama hadis yang wafat di Mesir dengan label dhaif dalam kitabnya Fathul-Bari (vol. IV/hal. 467).

Mengenai status munqathi (terputus perawi dari kalangan tabiin) pada hadis ini, berdasarkan penelitian kami ditemukan bahwa sesungguhnya Imam at-Tirmidzi dalam kitabnya yang lain, Nawadir al-Ushul (sebuah kitab hadis yang mengkompilasi hadis-hadis dhaif), meriwayatkan hadis ini secara muttashil (bersambung). Nama tokoh dari generasi tabiin yang bertemu dengan Rabiah bin Saif dan meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash yang sebelumnya hilang dalam Sunan at-Timidzi adalah Iyadh bin Aqabah al-Fihri dan Ali bin Ma’badh (at-Tirmidzi, Nawadir al-Ushul, vol. IV, hal. 161). Imam al-Qurtubhi (w. 671 H) dalam at-Tadzkirah (hal. 167) dan Ibnu Qayyim (w. 751 H) dalam ar-Ruh (hal. 161) demikian juga membantah status munqathi untuk hadis ini.

Namun, jika hadis ini selamat dari tadh’if (pendaifan) dari aspek ketersambungan mata rantai perawinya (ittishal as-sanad), hadis ini ternyata masih memiliki problem lain, yaitu dari sisi kredibilitas perawi. Dari rangkaian para perawi tersebut di atas, Saif bin Rabi’ah adalah sosok yang bermasalah di kalangan ulama hadis. Imam al-Bukhari memberikan komentar bahwa padanya ada kemunkaran (lahu manakir) (lihat at-Tarikh al-Kabir, vol. III, hal. 290). Ibnu Hibban menyebutnya kana yukhtiu katsiran (ia banyak berbuat salah dalam meriwayatkan hadis) (lihat ats-Tsiqat, vol. VI, hal. 301). Komentar Ibnu Yunus terhadapnya sama dengan komentar al-Bukhari, dan an-Nasai melemahkan hadis-hadisnya (Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahdzibu al-Tahdzib, vol. III, hal. 221, adz-Dzahabi, Mizan al-I’tidal fi Naqdi ar-Rijal, vol. III, hal. 67).

Hadis yang serupa dengan sedikit perbedaan redaksi juga diriwayatkan oleh Ahmad (w. 241 H) dalam Musnad (hadis ke-6582, 7050), Abu Ya’la dalam Musnad (hadis ke-4113) dan Abd bin Humaid juga dalam Musnad-nya (hadis ke-323). Namun, karena hadis-hadis tersebut juga berstatus dlaif, maka ia tidak bisa mengangkat derajat hadis ini naik menjadi hasan. Pada hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abd bin Humaid terdapat sosok terdapat yang bernama Baqiyah bin Walid yang dikomentari oleh Ibnu Hajar bahwa hadis-hadisnya munkar (karena ia sering lupa atau banyak melakukan kesalahan atau seorang fasik) dan ia banyak menyembunyikan cacat hadis (mudallis) (Lisan al-Mizan, vol. VI, hal. 184, Tabaqah al-Mudallisin, vol. I, hal. 49). Dalam sanad Abu Ya’la terdapat Yazid ar-Raqasyi yang dikomentari ahli hadis bahwa ia adalah seorang yang selalu terobsesi dengan perbuatan ibadah serta kalimat-kalimat yang baik, namun sayang sekali ia tidak memiliki kemampuan mengetahui dan membedakan mana yang hadis dan mana yang bukan hadis (Ibnu Abi Hatim, al-Majruhin, vol. 3, hal. 98)

Selain dari sisi sanad-nya, hadis tersebut memiliki kejanggalan dari aspek matan (isi) nya. Kejanggalan tersebut karena ia bertentangan dengan kemahaadilan Allah. Masalah keterbebasan dari azab kubur bergantung dengan amal ibadah seorang hamba selama hidup di dunia, bukan pada waktu kapan ia meninggal. Dalam al-Qur’an banyak sekali ditekankan perintah agar memperbanyak amal saleh di dunia, karena akan dipetik hasilnya di akhirat kelak. Oleh karena itu, jika ada orang yang semasa hidupnya adalah pelaku maksiat, lalu karena semata-mata ia meninggal pada hari Jum’at dan berhak menerima pembebasan dari azab kubur, ia berarti telah menerima sesuatu yang tidak sesuai dengan amalannya di dunia. Sebaliknya, seorang hamba Allah yang saleh, karena ia tidak meninggal di hari Jum’at ia tidak akan mendapatkan pengampunan dari azab kubur. Tentu saja Allah SWT terlindung dari ketidakadilan tersebut, karena Allah SWT telah berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ . [الزلزلة، 99: 7-8 [
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” [QS. al-Zalzalah (99): 7-8]
Di tempat lain Allah SWT juga berfirman:

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ [البقرة، 2: 281]
Artinya: :Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dirugikan” [QS. al-Baqarah (2): 281]
Dalam kaedah hadis disebutkan bahwa suatu hadis hanya bisa diterima jika ia tidak bertentangan dengan pokok-pokok ajaran Islam.

إِذَا رَأَيْتَ الْحَدِيْثَ يُبَايِنُ اْلمَعْقُوْلَ أَوْ يُخَالِفُ الْمَنْقُوْلَ أَوْ يُنَاقِضُ الْأُصُوْلَ فَاعْلَمْ أَنَّهُ مَوْضُوْعٌ
Artinya: “Jika engkau melihat satu hadis yang bertentangan dengan akal sehat, menyelisihi nash (yang lebih sahih) dan bertentangan (menabrak) pokok-pokok agama, maka ketahuilah ia adalah hadis yang palsu (maudhu’)” (as-Suyuthi, Tadribu ar-Rawi, vol. I, hal. 277, Albani, Irwau al-Ghalil, vol. IV, hal. 112).

Kesimpulannya, keutamaan meninggal di hari Rabu tidak ada dasarnya sama sekali, dengan demikian tidak dapat dipercayai. Adapun keutamaan meninggal di hari Jum’at dasarnya lemah, sehingga tidak dapat dijadikan hujjah (argumentasi).
Wallahu A’lam bish-shawab.



 Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
 
copas dari :
http://tarjihmuhammadiyah.blogspot.com/2012/01/keistimewaan-meninggal-hari-rabu-atau.html

Sabtu, 10 Desember 2011

Din: Ubah Nasionalis Patriotis Jadi Nasionalis Rasional


Malang- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA, mengatakan sudah saatnya kita meninggalkan sikap “nasionalis patriotis” yang salah menjadi nasionalis rasional. Yang dimaksud dengan nasionalis patriotis yang menyimpang itu adalah yang dilakukan secara membabi buta. Ketika disenggol sedikit lalu reaktif, membabi buta, demonstratif.
“Seharusnya kita bisa lebih mengarahkan kepada nasionalis dengan meningkatkan daya saing, memperkuat diri dengan daya juang yang tinggi,” kata Din menjelaskan yang dimaksud dengan nasionalisme rasional. Din berbicara tentang berbagai persoalan politik dan memotivasi kader muda di hadapan sekitar 400 kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Jumat (9/12) di UMM Dome.
Din hadir di UMM atas undangan Pimpinan Cabang IMM Malang untuk memberi kuliah umum sebelum pelaksanaan Diklat Politik Nasional (Dikpolnas) yang akan berlangsung hingga Minggu (11/12). “Kami bangga dan bersyukur karena Ayahanda Din menyempatkan waktu untuk kader-kader Muhammadiyah di acara kami,” kata Ketua PC IMM Malang Taufik.
Hadir dalam pertemuan itu rektor UMM, Muhadjir Effendy, ketua DPD IMM Jatim Ali Mutohirin, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang, Baroni dan Ketua PDM Kabupaten Malang, Mursidi, serta fungsionaris organisasi otonom Muhammadiyah lainnya.
Menurut Din, bangsa ini sedang menghadapi dua persoalan besar yang disebutnya sebagai moral illiteracy dan spiral of stupidity. Moral illiteracy adalah buta aksara moral atau tuna moral. Sedangkan spiral of stupidity adalah lingkaran kebodohan atau disebut sebagai the spiral of immorality.
Akibat kedua perilaku itu, bangsa ini semakin koruptif dan terjebak ke dalam lingkaran kebodohan. Perilaku kebohongan, kemunafikan, manipulasi, terjadi diberbagai sektor. Korupsi, disebutnya merupakan organized crime, termasuk yang dilakukan oleh negara. Melalui UU mengenai Ekonomi, misalnya, negara mengesahkan pencaplokan kekayaan alam kita kepada pihak asing.
“Yang lebih memprihatinkan, perilaku koruptif itu sudah menjalar ke kader-kader muda, pelakunya masih berusia belia,” ujar Din menyebut beberapa nama yang santer diberitakan di media massa.
Di sisi lain kelemahan leadership juga menjadi persoalan serius. Manajemen dan kepemimpinan tidak berjalan efektif. “Negara ini telah salah urus karena pemimpinnya tidak mau serius mengurus,” kritiknya.
Untuk itu Din menyerukan kepada kaum muda Muhammadiyah untuk mengambil peran penting. “Umat Islam harus menjadi determinant factor, minimal jadi effective factor dari problem solver,” harapnya.
Muhammadiyah, kata Din, tidak perlu terlalu harus besar secara angka sebaliknya harus kuat secara kualitas. “Biarpun kecil, peran kita harus sangat besar bagi bangsa ini,” kata Gurus Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Melalui politik nilai atau politik akomodatif, menurut Din, warga Muhammadiyah bisa mengambil peran di berbagai partai politik. Tetapi nilai-nilai luhur persyarikatan harus ditegakkan dan tidak semata-mata berorentasi kepada jabatan.

copas :
http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-661-detail-din-ubah-nasionalis-patriotis-jadi-nasionalis-rasional.html

Dituntut Mandiri, Mahasiswa Jangan Terpaku Dosen



Yogyakarta- Perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan tertinggi selalu dituntut untuk memiliki dosen sebagai pengajar yang berkualitas. Tidak seperti guru, seorang dosen lebih diposisikan sebagai fasilitator pengembangan intelektual mahasiswa. Permasalahannya, mahasiswa baru seringkali terjebak pada lingkungan SMA dengan keberadaan guru sehingga kesulitan melakukan pengembangan diri.
 
Demikian disampaikan Ketua Prodi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahim Abdurahim, SE., M.Si, Akt di sela-sela kegiatan Bridging Mahasiswa Akuntansi UMY 2011/2012, “Improving Your Intellectual and Moral Capacity toward Prospective Accountant” yang berlangsung sejak 3 Desember 2011 hingga 21 Januari 2012 mendatang, di Kampus Terpadu UMY.
 
Menurut Ahim, berbeda dengan guru sekolah yang benar-benar mengarahkan siswa, dosen lebih diletakkan sebagai pemberi ilmu dalam perkuliahan, dan fasilitator saja. Mahasiswa dituntut untuk tidak terpaku hanya pada apa yang diberikan oleh dosen di kelas. Mahasiswa sepantasnya mengembangkan pengetahuan mereka di berbagai sarana. “Dosen bukan segala-galanya. Logikanya, saat lulusan perguruan tinggi diwawancarai untuk masuk kerja, bukan dosen yang mewawancarai mereka. Mereka perlu referensi yang jauh lebih dari yang ada di perkuliahan” terangnya.
 
Mahasiswa juga dituntut untuk mandiri dalam memilih minat apa yang ingin mereka kembangkan. Fasilitas-fasilitas non-kulikuler, himpunan mahasiswa misalnya, dibentuk hanya sebagai sarana memberikan kebebasan sepenuhnya untuk mahasiswa untuk berekspresi. “Universitas hanya memberi sarana, mahasiswa harus punya ide sendiri dalm mengadakan kegiatan seminar, lomba-lomba, atau kegiatan lain. Softskill seperti ini mengantarkan mereka ke pintu dunia kerja”, jelasnya.
 
Salah satu pengembangan intelektual lain menurut Ahim cukup berpengaruh terhadap dunia kerja adalah kemampuan menulis menulis ilmiah. Menulis secara ilmiah menurutnya dapat mengasah mahasiswa untuk berpikir runtut, sistematis dan logis. Di dunia kerja, hal semacam itu merupakan kemampuan dasar. Ditambah lagi dalam membuat keputusan secara akurat berdasarkan data yang akan ada dalam karya ilmiah dan dunia kerja.
 
Terkait dunia kerja, Ahim menilai, meskipun tugas dosen adalah sebagai pengajar di kelas, dukungan dosen yang juga berpengalaman sebagai praktisi Akuntansi tetap diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar perkuliahan tidak terpaku pada teori saja, sehingga mahasiswa memperoleh bayangan jelas. “Mahasiswa kedokteran saja pengajarnya seorang dokter. Mustahil jika seorang calon ahli keuangan daerah diajar oleh orang yang tidak tahu keuangan daerah itu seperti apa”, tandasnya.
 
Bridging Mahasiswa Akuntansi, merupakan program pengenalan dan penguatan kemampuan akademik serta softskill menghadapi sistem dan lingkungan belajar yang baru. Dalam program ini, para dosen akan memberikan sejumlah materi untuk tujuan tersebut, seperti kemampuan penulisan ilmiah, diskusi, presentasi, etika akademik, serta Bahasa Inggris. (umy.ac.id)

copas dari :
http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-651-detail-dituntut-mandiri-mahasiswa-jangan-terpaku-dosen.html

Rabu, 26 Oktober 2011

Sikap PP Muhammadiyah dan PWM Se-Indonesia Terhadap Kondisi Aktual Bangsa Indonesia

Pimpinan Pusat Muhammadiyah berdasarkan Rapat Konsolidasi Nasional bersama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah seluruh Indonesia, Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Pusat, Rektor-rektor Universitas Muhammadiyah, dan Organisasi Otonom tingkat Pusat yang dilaksanakan pada tanggal 27 s.d. 28 September 2011 di gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta, dengan ini menyampaikan pernyataan sebagai berikut:
1.     Beban bangsa Indonesia di tengah bayang-bayang ancaman krisis ekonomi global saat ini terbilang berat.   Masalah ketenagakerjaan, kemiskinan, kerusakan sumberdaya alam, kondisi masyarakat di daerah-daerah perbatasan, nasib pulau-pulau terluar/terdepan, konflik horizontal, terorisme, dan masalah kedaulatan negara di tengah cengkeraman hegemoni ekonomi-politik dunia. Beban berat itu bukan sekadar dalam bobot masalahnya yang memang kompleks, tetapi pada saat yang sama diperparah oleh penyakit kronis dan menular yang bernama korupsi.
2.     Dalam menghadapi masalah-masalah besar tersebut diperlukan keberanian moral dan politik yang kuat dari pemerintah dan seluruh penyelenggara negara termasuk kekuatan-kekuatan politik nasional untuk menyelesaikannya secara tuntas dan sistemik. Bersamaan dengan itu diperlukan pengerahan seluruh kekuatan nasional di bawah pemerintahan yang kuat dan memiliki visi, komitmen, dan ketegasan politik yang tinggi dalam mengambil kebijakan. Khusus dalam pemberantasan korupsi dituntut langkah-langkah terobosan yang berani untuk membongkar kasus-kasus besar guna menjerat  pelaku-pelaku utama disertai vonis hukum yang seberat-beratnya.
3.     Muhammadiyah menilai perkembangan politik nasional dewasa ini cenderung kehilangan idealisme karena semakin menunjukkan perilaku politik transaksional  yang serba pragmatis.  Hal itu ditunjukkan dengan meluasnya politik-politik uang, pemanfaatan anggaran serta jabatan publik untuk kepentingan politik diri sendiri, kroni, dan lingkungan partai. Politik mulai kehilangan nilai moral dan visi yang didasarkan pada kebenaran, kebaikan, etika, dan lebih jauh lagi cita-cita nasional yang menjadi fondasi berbangsa dan bernegara. Selain itu, perkembangan demokrasi yang cukup positif tidak disertai dengan proses penegakkan hukum dan proses politik yang substantif, sehingga membuka peluang banyak masalah baru dalam kehidupan politik nasional hingga daerah di  negeri ini.
4.     Dalam menyikapi terorisme Muhammadiyah mengecam setiap tindakan kekerasan atas nama apapun, oleh siapapun, danuntuk kepentingan apapun. Pemerintah dengan aparat intelejen, kepolisian, dan seluruh institusi terkait lainnya diminta untuk melakukan penanggulangan terorisme secara menyeluruh sejak proses pencegahan hingga penindakan, dengan tetap harus bertindak cermat, objektif,  dan lebih bertumpu pada kekuatan sendiri. Namun demikian dalam penanganan terorisme tidak kemudian melalaikan dan mengalihkan perhatian pemerintah dari pemecahan masalah-masalah besar bangsa yang tidak kalah pentingnya untuk dihadapi dengan penuh pertanggungjawaban publik yang optimal.
5.     Muhammadiyah sebagai komponen bangsa yang telah berdiri jauh sebelum Republik Indonesia merdeka, senantiasa mengutamakan kepentingan dan kemajuan bangsa di atas segalanya. Muhammadiyah sejalan dengan Khittah dan Kepribadiannya menegaskan sikap untuk konsisten dalam beramar ma’ruf dan nahi munkar, berkiprah nyata melalui berbagai amal usaha,  serta bekerjasama dengan pemerintah dan seluruh komponen bangsa secara cerdas dan mengedepankan nasib bangsa. Muhammadiyah mengajak seluruh elite bangsa untuk konsisten antara kata dan tindakan, menjunjungtinggi moral yang utama, menunaikan amanat rakyat,  serta memperjuangkan kepentingan rakyat di atas kepentingan diri, kelompok, dan golongan. Muhammadiyah mengajak pemerintah di seluruh tingkatan untuk semakin meningkatkan komitmen dan kesungguhan dalam memajukan bangsa, disertai sikap mengedepankan keadilan dan kejujuran, berdiri di atas semua golongan, tidak partisan, dan mampu menunjukkan jiwa kenegarawanan.


Tags: pernyataan PP Muhammadiyah dan PWM

Berkedok Mobil Pintar, Anak-anak SD Dimurtadkan

image Suaranews - Berlangsung upaya pemurtadan di beberapa sekolah dasar di daerah Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Sekolah yang merupakan target yaitu SDN 01, SDN 05, dan SD Al Hikmah, Desa Mangunjaya, Kecamatan Tambun Selatan. Fakta ini diketahui asal beberapa saksi serta tim kepolisian yang terjun ke lapangan.
Kepala Unit Reserse Kriminal, Kepolisian Sektor Tambun Selatan, Iptu Heriadi, menyampaikan, upaya pemurtadan ke beberapa siswa di tiga SD tersebut memanfaatkan modus program mobil pintar oleh Yayasan Satria Bangsa. Pol sek Tambun membuat tim khusus guna mengecek kebenaran praktik pemurtadan sesudah mengantongi laporan asal orang tua murid serta kepala sekolah.
Tim mendapatkan fakta yang membenarkan terdapat gerakan pemurtadan terhadap ratusan siswa asal ketiga SD itu, ucap Heriadi, Senin (24/10). Seminggu lalu, kepala sekolah asal masing-masing SD mengaku didatangi perwakilan asal Yayasan Satria Bangsa yang menawarkan penyelenggaraan kegiatan pemberian motivasi belajar beserta program mobil pintar.
Mereka menyepakati penyelenggaraan acara tersebut pada 6 Oktober 2011. Program mobil pintar diisi beserta kegiatan menyanyi, pemberian motivasi, permainan, serta sesi tanya jawab. Berdasarkan laporan saksi, jelas Heriadi, tiap sesi acara terdapat kejanggalan, sebagaimana pengenalan proses peribadatan suatu agama tertentu.
Dalam sesi tanya jawab, seumpamanya, siswa yang mampu menjawab pertanyaan asal panitia sesudah itu dikasih hadiah berupa roti, susu, pulpen, serta tas. Pada pulpen serta tas ditemukan gambar menyerupai Yesus serta tertulis petikan ayat asal al-Kitab, kata Heriadi. Hadiah-hadiah tersebut diamankan kepolisian sebagai barang bukti.
Tim khusus Polsek Tambun Selatan selanjutnya mencari tahu dua unit mobil pintar yang dipakai dalam acara itu. Heriadi menuturkan, ternyata mobil pintar atas nama Yayasan Mahanaim, bukan Yayasan Satria Bangsa yang menyelenggarakan kegiatan. Kasus ini dilimpahkan ke kepolisian daerah dan Mabes Polri karena kewenangan polsek hanya sampai menelusuri fakta di lapangan.
Kasus yang berkaitan dengan isu SARA semacam ini, tutur dia, membutuh kan penanganan yang intensif.
Aliansi Islam Bekasi (Alibi) Kota Bekasi mendesak kepolisian menindak tegas pelaku pemurtadan. Koordinator Alibi, Budi San toso, mengatakan, berdasarkan data yang ada, kejadian ini merupakan upaya in doktrinasi yang sudah berlangsung kesekian kalinya oleh Yayasan Mahanaim. Jika tidak ada tindakan tegas, bisa mengancam kerukunan hidup umat beragama, katanya. c25 ed: ferry kisihandi(suaranews)

sumber :
http://www.suaranews.com/2011/10/berkedok-mobil-pintar-anak-anak-sd.html