ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.

YAA ALLAH DENGAN PERTOLONGANMU KAMI MEMOHON
BERILAH KAMI KEKUATAN LAHIR DAN BATHIN UNTUK MAMPU MERAIH RIDLAMU..

Senin, 29 Agustus 2011

KEMBALI KEPADA FITHRAH MANUSIA



Khutbah Idul Fithri 1 Syawal 1432 H.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd,
Hadlirin Yang Berbahagia,
Sunatullah terus berjalan tiada pernah berhenti, Bumi terus beredar mengintari Matahari, matahari terus berthawaf mengelilingi pusat galaksi Bima sakti, Ya masa terus beredar, dunia terus berputar, hari terus berganti, waktu terus berjalan ke depan tak pernah berhenti, sehingga dari segala peristiwa itu mengantarkan kita bertemu dengan hari ini, hari idul fitri 1 syawal 1432. Hari yang fithri, hari nan mulia, hari pertama yang mengikuti Ramadhan yang baru saja kita lewati. Setelah sebulan penuh kita menempa dan melatih diri, menempuh ujian dengan menahan diri, dengan dilandasi Imanan wah tisaban untuk meraih derajat muttaqien, kitapun bertemu dengan hari idul fitri. Karenanya, sungguh sangat wajar bila kita merasakan  perasaan yang teramat bahagia, karenanya kitapun serentak mengumandangkan Takbir, mengagungkan asmaNya. Allahu Akbar…. Allah yang maha besar, hanya Allah yang besar selain Dia kecil adanya, Allahu Akbar suatu pengakuan dari seorang hamba akan kebesaran Tuhannya, pengakuan seorang manusia bahwa dirinya tak ada apa-apanya bila dibanding dengan kebesaran Tuhannnya, sehingga tidak ada sedikitpun hak bagi manusia untuk merasa lebih mulia sehingga merendahkan manusia lainnya. Allahu Akbar….. suatu  ungkapan tekad bahwa tidak akan mudah manusia tergiur oleh gemerlapnya mas dan berlian, tidak mudah tergiur oleh tinggi pangkat dan empuknya kursi jabatan, karena semuanya itu tak ada apa-apanya bila dibanding dengan keagungan Allah SWT. Allahu Akbar- Allahu Akbar, tekad yang bulat dikumandangkan dengan segenap rasa, seakan menggoncang dunia membedah angkasa dan merontok-kan bintang-bintang dari tangkainya. Allahu Akbar-Allahu Akbar walillahilhamd.
Hadlirin Yang berbahagia, kita persembahkan pujian kepada Allah SWT, karena hanya Dia yang berhak dipuji dengan sepenuh hati dalam segala kondisi dan situasi. Hari ini adalah hari raya Idul Fitri, yang berarti kita mesti kembali kepada fitrah manusia sejati, yang diciptakan oleh Allah semata-mata hanya untuk mengabdi kepada Allah, sang Ilahi rabbi.

= dan tidaklah Kami menjadikan Jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu =
Dengan Idul Fitri ini marilah kita sejenak menengok kebelakang, menengok bekas-bekas tapak dan jejak yang pernah kita lalui, apakah selama ini kita masih setia meniti garis edar yang telah ditentukan buat kita yang akan bermuara kepada ridla Ilhai rabbi , ataukah sebaliknya kita sudah jauh melenceng meninggalkannya, memilih garis lain yang akan berujung kepada penderitaan dan penyesalan ?. Hanya diri kita masing-masing yang mengetahui.
Pun demikian, tidak salahlah kiranya bila di hari yang fitri ini kita kembali mengingat, peristiwa sejarah yang pernah dilalui oleh  manusia generasi pertama, ialah Adam AS yang kita percayai sebagai nenek moyang kita. Kita ingat betul, bahwa Adam di awal mula kehidupannya ditempatkan oleh Allah di tempat yang mulia laksana taman Firdaus, yang di sana dia tidak kekurangan apa-apa karena fasilitas untuk menopang kehidupannya sudah tersedia, di tempat itu Adam dan istrinya dibebaskan untuk berbuat apa-apa, hanya satu yang tak diperbolehkan ialah mendekati pohon larangan yang kita kenal dengan sebutan pohon kuldi.
35. Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya kehidupan Adam dan keluarganya saat itu sudah cukup bahagia, karena kebutuhan hidupnya sudah tercukupi. Namun, karena bisikan syetan yang menjelma menjadi suara hawa nafsunya yang membisikkan rayuan gombal , Adam dan istrinya menginginkan lebih  dari apa yang telah mereka nikmati, lebih parahnya lagi mereka menginginkan mewujudkan keinginannya itu secara instan, tidak lagi mempertimbangkan ajaran-ajaran kebenaran yang diajarkan Allah SWT, tetapi memilih mengikuti suara Iblis yang membisikkan bahwa bila mau mengambil buah dari pohon yang oleh Allah dilarang mendekati itu, dia akan hidup kekal dalam kebahagiaan sorga.
 Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi[948] dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
(Thaha : 120)
Akibatnya hadlirin yang berbahagia, sebagaimana kita ketahui, justeru karena itu Adam terusir dari kebahagiaan hidup dan menderita karenanya, namun demikian Alhamdulillah Adam tidak terus larut dalam pembangkangan, dia segera sadar dan diapun kembali ke garis edarnya, dan Allahpun mengampuninya.

Allahu Akbar-Allahu Akbar, walillahilhamd.
Sesungguhnya, kisah Adam pada waktu itu, tidak berhenti di situ saja. Iblis bersama kerabatnya tak pernah berhenti beraksi, kalau keberhasilan Iblis dalam menggelincirkan Adam tidak berlangsung lama karena Adam segera bertaubat dan Allah mengampuninya, maka Iblispun melanjutkan aksinya mengalihkan sasaran bidiknya, yaitu kepada Anak dan keturunan Adam, model dan modus operandinyapun tak banyak berbeda, kalau kepada Adam dikisahkan Iblis merayu Adam dengan rayuan kalau Adam mengikuti ajakannya akan kekal dalam kebahagiaan sorga, maka kepada anak-cucu Adam diluncurkan rayuan di hati mereka kalau anak-cucu Adam mau mengikuti sarannya dijanjikan akan memperoleh kebahagiaan hidup dan terbebas dari penderitaan dunia. Dan kita serta seluruh umat manusia yang hidup di abad ini adalah keturunan Adam itu. Maka setiap saat Iblis mendatangi kita, merasuki hawa nafsu kita, membisikkan rayuan agar kita mau mendekati dan menguasai pohon terlarang, yang disebut oleh Iblis sebagai pohon kuldi itu, tentu saja wujudnya tidak mesti berupa pohon yang berbatang, bercabang, beranting dan berdaun, namun dalam bentuk yang lain sesuai dengan dunia dan komunitas kita.yang intinya berupa ajakan untuk berbuat yang bertentangan dengan yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunah, yang menurut pertimbangan hawa nafsu yang telah kerasukan bisikan syetan akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan.  Dan nampaknya, di segala lini kehidupan, Iblispun banyak berhasilnya, terbukti masih banyaknya petani yang terjebak oleh keinginan secara instan untuk meraup hasil produksi yang berlipat ganda, namun cara yang ditempuh ialah melenceng dari garis edarnya.Sebenarnya bila mau menjalankan pengolahan tanah dan mengelola tanaman dengan tetap setia kepada ajaran Allah ialah tetap melestarikan tekad menjaga lingkungan hidup dan mempertahankan konservasi tanahnya, dia akan tetap hidup dan tidak kekurangan makan. Namun ketika bisikan syetan datang, timbullah keinginan secara instan meningkatkan penghasilan, akhirnya menjadi lupa dan atau tidak menyadari ditempuhnya cara-cara yang bisa merugikan dirinya sendiri seperti : penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, penggunaan obat-obatan isectisida yang melebihi batas, pengekplotasian air permukaan tanah secara berlebihan dsb-dsb, akibatnya apa ?  Semakin hari kesuburan tanah semakin berkurang dan cenderung menjadi gersang, hama-hama semakin meraja lela dan semakin kebal terhadap obat-obatan. Di dunia perdagangan dan perniagaanpun sering kita jumpai, para pedagang dan Pengusaha yang juga terkecoh mengikuti rayuan syetan, ketidak jujuran dalam menimbang dan mengukur masih sering terjadi, penipuan kualitas barangpun masih marak, pembajakan hak cipta seolah merupakan hal-hal yang biasa.
Pertanian dan perdagangan itu sekedar contoh di sector terkecil. Bagaimana di sector yang lain?. Di sector lainpun setan tetap exist dan aktif menjalankan missinya. Sering kita dengar di obrolan masyarakat, sudah menjadi rahasia umum, apa yang harus ditempuh bila seseorang ingin memperoleh pekerjaan menjadi PNS, Polisi dan atau Pekerjaan lain yang layak dan terhormat?. Sogok dan suap dianggap sesuatu yang sangat biasa. Padahal sesungguhnya hati nurani yang bersih mengakui betapa keji dan nistanya tindak suap dan sogok menyogok ini, sekeji dan senista pelacur yang menjajakan cinta.
“la’anallah ‘alaa rusyi wal murtasyi”  Allah melaknat penyogok dan penerima sogok, KUHP mengancam penyuap dan penerima suap, tetapi kenyataannya? Masih sering kita dengar berita : untuk menjadi Guru yang mengajarkan moral justeru diawali dengan melakukan perbuatan yang tidak bermoral, untuk menjadi penegak hukum mesti melalui dengan perbuatan yang melanggar hukum, masya’allah………
Itu yang terjadi di dunia pencari kerja, yang lain? Betapa mengerikannya berita-berita yang sering kita dengar,
Mulai dari tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi namanya Korupsi sudah menjadi barang yang teramat biasa. Bukan hal yang mengejutkan ketika kita mendengar adanya pejabat yang merampok uang rakyat, tidak terlalu mengherankan ketika seorang Kepala Sekolah merekayasa dalam mengelola dana BOS, BUP, DAK dsb untuk dialirkan ke tempat yang tidak sebenarnya. Terdengar sangat wajar, bila kita mendengar adanya rekayasa dan penyelewengan dana APBN, ABPD, ADD, dsb. Hal ini terjadi karena bisikan syetan yang mengajarkan bahwa mengkhinatai amanah akan membawa kepada kehidupan yang berkecukupan di bidang harta yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan hidup. Itulah bisyikan syetan yang pernah dibisikkan kepada nenek moyang kita Adam dan tetap dilanjutkan kepada generasi berikutnya.
Sungguh, di dunia pemberitaan dan social lainnya Syetan terus beraksi, mempengaruhi dan memprovokasi hati-hati yang lemah iman. Akibatnya, dapat kita lihat seringnya diketemukan wartawan palsu dan wartawan amplop dan kativis-aktivis LSM yang justeru menambah kacaunya peradaban dunia khususnya Indonesia.
Allahu Akbar-Allahu Akbar Allahu Akbar.
Kitapun wajib mengakui, bahwa tidak semua petani, pedagang, pencari kerja, pejabat, aparat, wartawan dan aktivis LSM seperti itu. Masih ada dan masih banyak yang baik, masih banyak yang menjunjung tinggi ke – SETIAAN HATINYA. Namun, bila ulah-ulah sebagian yang tidak baik seperti tersebut di depan tetap dibiarkan, tidak menutup kemungkinan akan terus menjalar menular yang akhirnya akan menenggelamkan kehidupan bangsa dan rakyat di negeri ini  ke dalam penderitaan neraka dunia maupun akherat. Na’udzubilahi mindzalik.
Hadlirin yang berbahagia, demikianlah potret kehidupan yang terpampang di hadapan kita, dan boleh jadi kita termasuk di dalamnya. Maka di hari yang fitri ini, di mimbar khutbah idul fitri ini, saya serukan kepada diri saya sendiri dan hadlirin semuanya, marilah kita kembali berjalan mengikuti garis edar yang telah diajarkan oleh Allah kepada kita. Marilah kita bersama kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunah rasulillah saw.
Kepada bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara2 yang merasa sebagai orang tua, marilah kita sama-sama sadar, bahwa kenakalan remaja dan pemuda yang sering kita dengar dan kita hadapi, terjadi karena ulah kita, kita orang tua kurang begitu bias memberikan contoh yang baik kepada mereka, kita tidak pandai menjadi suri tauladan yang baik bagi mereka. Mereka berbuat seperti itu sebab hanya di jalanan mereka sadar dengan cita-cita, sebab di rumah sudah tidak ada lagi yang bias dipercaya……, maka marilah kita pandang mereka sebagai manusia, Bila mereka bertanya mari kita jawab dengan CINTA.
Kepada saudara-saudara generasi muda, saya serukan ingatlah di tangan kalianlah masa depan dunia ini, kalian adalah pewaris sah dari dunia dan republic ini, bersiaplah untuk melanjutkan kewajiban untuk menjadi Khalifah di muka bumi ini. Karenanya, kepada kalian kami harapkan : janganlah kalian memilih  hidup seperti nyanyian ombak, yang hanya berbunyi ketika menghempas  karang. Tetapi jadilah seperti air bah, yang akan mengubah dunia dengan amal dan karyamu.
Ingatlah : learn once again the lesson of valour, truth and justice that you’ll be called upon to lead the nations in the word. Resapi kembali ajaran keberanian, kebenaran dan keadilan, karena kalian akan dipanggil kembali untuk memimpin bangsa2 di dunia.

Kamis, 25 Agustus 2011

Alex Hendra Lukman, Ketua PDIP Sumbar: Menjadi Muallaf Melalui Penelitian Ilmiah






PILIHAN menjadi muallaf bagi Alex Hendra Lukman, bukanlah sebuah keputusan yang terjadi tiba-tiba. Namun, proses itu telah dilaluinya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Bergaul dengan banyak sahabat muslim, membuatnya tertarik mempelajari agama Islam lebih dalam. Rasa ketertarikannya pada agama Islam itulah akhirnya mengubah keyakinan yang sejak kecil telah dianutnya. Setelah melakukan penelitian panjang terhadap Islam, ia pun mantap memilih Islam sebagai agamanya.
Sejak kecil Alex –panggilan  Alex Hendra Lukman– lahir dalam keluarga Pancasilais. Masing-masing anggota keluarga memiliki keyakinan yang berbeda. Menariknya, semuanya tetap menghargai apa pun keyakinan yang dianut anggota keluarga yang lain. Rasa toleransi telah hidup dalam keluarga besar Alex.
“Saat saya sekolah di Pemancungan, saya banyak bergaul dengan teman-teman muslim. Dari merekalah saya belajar Islam sedikit demi sedikit. Keputusan mengubah akidah saya bukan terjadi secara instan, tapi melalui proses cukup panjang. Tak mudah bagi saya membuat keputusan tersebut, mungkin bagi orang-orang yang sejak kecil sudah beragama Islam tak merasakan apa yang saya rasakan. Saya menjadi muallaf lewat proses pemilihan bukan terlahir sebagai muslim,” ujar Alex.
….Saya menjadi muallaf lewat proses pemilihan bukan terlahir sebagai muslim…
Meski banyak bergaul dengan muslim, tak berarti Alex langsung mengubah keyakinannya. Ia mulai melakukan perbandingan dengan agama yang dianutnya, serta agama lainnya. Menurutnya, pada dasarnya setiap agama mengajarkan kebaikan. Namun, ia merasakan ajaran Islam jauh lebih komprehensif membahas tatapergaulan di masyarakat. Ia pun terus menggali informasi dan pengetahuan tentang ajaran Islam dari berbagai sumber. Semakin ia menggali ajaran Islam, rasa ketertarikannya terhadap Islam semakin kuat.
“Rasa ketertarikan mempelajari Islam di saat SMA tak cukup membuat saya segera berubah keyakinan. Saya tetap dengan keyakinan saya. Saat kuliah di Luftanza, Jerman, saya juga bergaul dengan banyak orang muslim ditempat itu. Terkadang saya juga ikut-ikutan puasa kalau teman-teman berpuasa. Hal itu terjadi secara otomatis saja, karena saya menghormati agama mereka,” ucapnya.
Ketua Umum DPD PDIP Sumbar ini berada di Luftanza dari tahun 1990 sampai 1996. Di sana ia bekerja sambil kuliah. Di tempat itu pun ia kembali menggali ajaran Islam dari rekan-rekannya. Baginya semakin ia mengenal lebih banyak soal ajaran Islam, rasa ketertarikannya semakin kuat. Namun, saat menempuh pendidikan di tempat itu, ia masih saja belum berani membuat keputusan berpindah agama.
Tahun 2007, setelah melalui proses yang cukup panjang, Alex memutuskan berpindah agama. Ia pun menghubungi Buya Masoed Abidin untuk mengislamkan dirinya. Keinginan berpindah agama tersebut didukung Buya Masoed Abidin dan juga Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang kala itu masih menjabat sebagai Gubernur Sumbar. Waktu itu, Gamawan Fauzi dan mantan Wakil Gubernur Sumbar Marlis Rahman, jadi saksi.
…Tahun 2007, setelah melalui proses yang cukup panjang, Alex memutuskan berpindah agama…
“Prosesi saya menjadi muallaf dilakukan di Gubernuran, disaksikan banyak orang. Sebetulnya, saya tak mau juga perpindahan keyakinan diketahui banyak orang. Bagi saya, urusan agama adalah urusan individu dengan tuhan. Tak ada korelasinya dengan sesama manusia,” ucapnya
Jika sebelumnya Alex hanya belajar ajaran Islam, setelah masuk Islam ia mulai melaksanakan ajaran secara sungguh-sungguh. Bagi Alex menjalankan shalat dan ibadah puasa pertama di bulan Ramadhan, bukanlah suatu hal yang berat. Sebab, ia telah terbiasa berpuasa.
“Jika semuanya berasal dari hati tak ada yang sulit. Misalnya saja saat ada orang nonmuslim merokok dan makan di depan saya, tak ada sedikit pun niat saya untuk membatalkan puasa. Bagi saya itulah hakikat dari puasa, yakni menahan diri dari berbagai macam godaan termasuk godaan dari penjual-penjual makanan,” ucapnya.
Empat tahun Alex resmi menjadi muallaf, ia terus menggali pengetahuannya soal ajaran Islam. Jika ada ajaran Islam yang tidak dimengertinya, ia akan langsung menanyakan  persoalan itu pada buya Masoed Abidin. Sebut saja menghitung zakat mall dari harta yang ia miliki. Termasuk menghitung fidyah yang harus dibayarkan istrinya. “Kalau saya bingung, langsung saya koordinasikan bagaimana cara pembayarannya. Sampai hari ini saya masih terus belajar agama Islam. Untuk belajar tentunya tak akan pernah ada kata cukup,” katanya.
Saat memutuskan memeluk agama Islam, Alex mengaku, keluarga besarnya tak mempersoalkan agama baru yang dianutnya. Keluarganya tetap menghargai apa pilihan hidupnya. Bahkan, saat ia belum menikah orangtuanya kerap membuatkan makanan untuk sahur baginya. Padahal, orangtuanya tak muslim. Demikian juga saudaranya yang lain, sangat menghargai agama barunya.
“Kalau mereka makan, minum atau merokok saat saya sedang puasa, biasanya mereka akan sembunyi dari saya. Tapi, kalau mereka tak ingat, ada juga yang makan, minum dan merokok di depan saya. Setelah teringat, dia berhenti makan, minum dan merokok,” katanya.
Alex juga merasa miris atas tudingan sejumlah pihak padanya yang mengatakan kepindahan keyakinannya adalah sebagai salah satu cara menarik dukungan politik. Padahal, pandangan tersebut adalah pandangan keliru. Sebab, hal tersebut tak pernah sama sekali terlintas dalam pikiran dan hatinya. Bahkan, ia baru menjabat sebagai ketua partai setelah cukup lama ia memeluk Islam.
“Saya tak pernah menarik dukungan dengan mendatangi masjid atau pun mengucapkan selamat saat momen-momen perayaan agama Islam. Bagi saya, semua itu sangat prinsip sekali. Ibadah adalah urusan saya dengan tuhan, orang lain tak perlu tahu bagaimana hubungan saya dengan tuhan. Sekarang dari segi mana saya memanfaatkan agama untuk kepentingan politik? Tidak ada kan? Keputusan saya menjadi muslim itu adalah pilihan hati saya, bukan karena adanya embel-embel tertentu,” jelasnya.
Alex juga menyesalkan anggapan miring sekelompok orang yang mengaitkan kepindahan agamanya dikarenakan agar ia bisa menikah. “Memang untuk sesuatu yang baik itu keimanan kita selalu diuji, termasuk saya. Berbagai tudingan miring saat saya baru memeluk Islam kerap datang. Namun, saya berusaha  untuk ikhlas menerimanya. Mungkin, itu adalah ujian juga terhadap keimanan saya,” jelasnya.
….Berbagai tudingan miring saat saya baru memeluk Islam kerap datang. Namun, saya berusaha ikhlas menerimanya. Mungkin, itu adalah ujian keimanan saya…
Meski banyak anggapan orang yang meragukan alasannya untuk berpindah keyakinan, Alex mengaku tidak terpengaruh dengan semua itu. Sebab, kata hati seseorang hanya orang tersebut dan tuhan mengetahuinya. Sementara orang lain hanya bisa menerka-nerka. Manusia dapat saja membohongi orang lain dengan perkataan dan perbuatannya, namun manusia atau muslim tentu tak dapat membohongi penciptanya.
“Makanya, saya tak ambil pusing soal itu. Hanya saya dan tuhan yang tahu apa yang ada dalam pikiran dan hati saya. Manusia lain tidak akan pernah tahu apa yang saya rasakan dan pikirkan. Biarlah itu jadi rahasia  saya dan tuhan saja,” ucapnya. [voa-islam.com]

dikutip dari :
http://kristenisasi.wordpress.com/2011/08/24/alex-hendra-lukman-ketua-pdip-sumbar-menjadi-muallaf-melalui-penelitian-ilmiah/

Rabu, 24 Agustus 2011

BENARKAH SHALAT IED DI MASJID LEBIH AFDHAL DARIPADA DI TANAH LAPANG???

Kutipan dari : Buletin Al-Atsariyah :


Ada suatu pemandangan yang terkadang menarik perhatian, yaitu adanya dua kubu kaum muslimin yang mengadakan sholat ied. Kubu yang pertama melaksanakan sholat ied di lapangan, dan kubu yang kedua sholat ied di masjid. Terkadang kaum muslimin pusing tujuh keliling melihat fenomena perpecahan seperti ini. Tragisnya lagi, jika yang berselisih dalam hal ini adalah dua organisasi besar di Indonesia Raya. Nah, manakah yang benar sikapnya dalam perkara ini sehingga harus didukung. Ikuti pembahasannya berikut ini:


Jika kita adakan riset ilmiah berdasarkan Al-Kitab dan Sunnah, maka kita akan menemukan bahwa hadits-hadits dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mendukung kubu yang melaksanakan sholat ied di lapangan.

Pembaca yang budiman, hadits-hadits dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menunjukkan bahwa Sholat ied: idul fitri, maupun iedul adha, semuanya beliau kerjakan di lapangan.

Dalil Pertama
Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلَاةَ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُوْمُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوْسٌ عَلَى صُفُوْفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وُيُوْصِيْهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ فَإِنْ كَانَ يُرِيْدُ أَنْ يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ أَوْ يَأْمُرُ بِشَيْءٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ

"Dulu Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- keluar di hari raya idul fitri dan idul adha menuju lapangan. Maka sesuatu yang paling pertama kali beliau mulai adalah shalat ied, kemudian beliau berbalik dan berdiri menghadap manusia, sedangkan manusia duduk pada shaf-shaf mereka. Beliau pun memberikan nasihat dan wasiat kepada mereka, serta memberikan perintah kepada mereka. Jika beliau ingin mengirim suatu utusan, maka beliau putuskan (tetapkan), atau jika beliau memerintahkan sesuatu, maka beliau akan memerintahkannya. Lalu beliau pun pulang". [HR. Al-Bukhariy dalam Shohih-nya(913) dan Mulim dalam Shohih-nya (889)]

Al-Hafizh Ibnu Hajar-rahimahullah- berkata, "Hadits ini dijadikan dalil untuk menunjukkan dianjurkannya keluar menuju padang luas (lapangan) untuk mengerjakan shalat ied, dan bahwasanya hal itu lebih utama dibandingkan shalat ied di masjid, karena kontunyunya nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- atas hal itu, padahal masjid beliau memiliki keutamaan.[Lihat Fathul Bari (2/450)]

Imam Asy-Syafi’iy-rahimahullah- berkata, "Telah sampai berita kepada kami bahwa Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dulu keluar di dua hari raya menuju lapangan yang terdapat di kota Madinah. Demikian pula generasi setelahnya, dan seluruh penduduk negeri, kecuali penduduk Mekah, maka sesungguhnya belum sampai berita kepada kami bahwa seorang diantara salaf shalat ied memimpin mereka, kecuali di masjid mereka. [Lihat Al-Umm (1/389)]

Adapun penduduk Mekkah, mereka dikecualikan dalam hal ini, karena sempitnya lokasi yang ada di negeri itu. Mekkah adalah lembah yang dikelilingi oleh pegunungan, tidak mungkin bagi penduduk untuk melaksanakan sholat ied kecuali di lembah itu. Sedang di lembah itulah terdapat Baitullah. Jadi, mau tidak mau, ya mereka harus sholat di Masjidil Haram.

Orang yang berpendapat bolehnya sholat di masjid, jika masjidnya luas, sudah dibantah oleh Asy-syaukaniy-rahimahullah- ketika berkata dalam Nailul Authar (3/359), "Dalam hadits ini terdapat keterangan bahwa alasan sempit, dan luasnya masjid sekedar sangkaan belaka tidak cocok untuk dijadikan udzur dari mencontoh Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- untuk keluar menuju lapangan setelah mengakui kesinambungan Beliau terhadap hal tersebut. Adapun berdalil bahwa hal itu merupakan alasan untuk melakukan shalat ied di masjid mekkah (masjidil haram), maka dijawab bahwasanya tidak keluarnya mereka menuju lapangan, karena sempitnya lokasi Mekkah, bukan karena luasnya masjidil haram".

Dalil Kedua
Ibnu umar -radhiyallahu ‘anhuma- berkata,

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَغْدُوْ إِلَى الْمُصَلَّى فِيْ يَوْمِ الْعِيْدِ وَالْعَنَزَةُ تُحْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَإِذَا بَلَغَ الْمُصَلَّى نُصِبَتْ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا وَذَلِكَ أَنَّ الْمُصَلَّى كَانَ فَضَاءً لَيْسَ فِيْهِ شَيْءٌ يُسْتَتَرُ بِهِ

"Rasulullah-Shollallahu ‘alaihi wasallam- keluar pagi-pagi menuju lapangan di hari ied, sedangkan tombak kecil di depan beliu. Jika telah tiba di lapangan, maka tombak kecil itu ditancapkan di depan beliau. Lalu beliau pun shalat menghadap tombak tersebut. Demikianlah, karena lapangan itu adalah padang, di dalamnya tak ada sesuatu yang bisa dijadikan "sutroh" (pembatas di depan imam)" [HR.Al-Bukhariy dalam Shohih-nya (930), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1304)]

Dalil Ketiga
Al-Baraa’ -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

خَرَجَ النَّبِِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْأَضْحَى إِلَى الْبَقِيْعِ فَصَلَّى رَكَعَتَيْنِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ وَقَالَ إِنَّ أَوَّلَ نُسُكِنَا فِيْ يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نَبْدَأَ بِالصَّلَاةِ ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ وَافَقَ سُنَّتَنَا وَمَنْ ذَبَحَ قَبْلَ ذَلِكَ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْءٌ عَجَّلَهُ لِأَهْلِهِ لَيْسَ مِنِ النُّسُكِ فِيْ شَيْءٍ

"Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- keluar pada hari idul adha menuju Baqi’. Lalu beliau shalat ied dua rakaat. Kemudian beliau menghadapkan wajahnya kepada kami seraya bersabda, "Sesungguhnya awal kurban kita adalah pada hari kita ini. Kita mulai dengan shalat, lalu kita kembali untuk menyembelih hewan kurban. Barang siapa yang melakukan hal itu, maka sungguh ia telah mencocoki sunnah kita. Barangsiapa yang menyembelih sebelum itu (sebelum shalat), maka dia (sembelihannya) adalah sesuatu yang ia segerakan untuk keluarganya, bukan hewan kurban sedikitpun". [HR.Al-Bukhariy (933)]

Baqi’ yang dimaksudkan disini adalah lapangan, yaitu padang yang luas waktu itu, berada sekitar 100 meter sebelah timur Masjid Nabawi. Namun sekarang tempat itu dijadikan lokasi kuburan. Jadi, Baqi’ dahulu adalah tanah lapang yang luas dan kosong, namun sekarang diisi dengan kuburan yang sebelumnya tak ada.

Dalil Keempat
Abdur Rahman bin Abis berkata,

سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ قِيْلَ لَهُ أَشَهِدْتَ الْعِيْدَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَ نَعَمْ وَلَوْلَا مَكَانِيْ مِنَ الصِّغَرِ مَا شَهِدْتُهُ حَتَّى أَتَى الْعَلَمَ الَّذِيْ عِنْدَ دَارِ كَثِيْرِ بْنِ الصَّلْتِ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ وَمَعَهُ بِلَالٌ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ فَرَأَيْتُهُنَّ يَهْوِيْنَ بِأَيْدَيْهِنَّ يَقْذِفْنَهُ فِيْ ثَوْبِ بِلَالٍ ثُمَّ انْطَلَقَ هُوَ وَبِلَالٌ إِلَى بَيْتِهِ

"Aku pernah mendengarkan Ibnu Abbas sedang ditanya, apakah engkau pernah menghadiri shalat ied bersama Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- ? Ibnu Abbas menjawab, ya pernah. Andaikan aku tidak kecil, maka aku tidak akan menyaksikannya, sampai Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mendatangi tanda (yang terdapat di lapangan), di dekat rumah Katsir Ibnu Ash-Shalt. Kemudian beliau shalat dan berkhutbah serta mendatangi para wanita sedang beliau bersama Bilal. Maka nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- menasihati mereka, mengingatkan, dan memerintahkan mereka untuk bersedaqah. Lalu aku pun melihat mereka mengulurkan (sedeqah) dengan tangan mereka sambil melemparkannya ke baju Bilal. Kemudian nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dan Bilal berangkat menuju ke rumahnya". [HR. Al-Bukhariy dalam Shohih-nya(934)].

Al-Hafizh-rahimahullah- berkata, "Ibnu Sa’ad berkata, "Rumah Katsir bin Ash-Sholt merupakan kiblat bagi lapangan di dua hari raya. Rumah itu menurun ke perut lembah Bathhan, suatu lembah di tengah kota Madinah". Selesai ucapan Ibnu Sa’ad".[Lihat Fathul Bari (2/449), cet. Darul Ma’rifah]

Dalil-dalil ini dan lainnya menunjukkan bahwa sholat ied di zaman Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dilaksanakan di lapangan yang berada pada sebelah timur Masjid Nabawi. Dari hadits-hadits inilah para ulama mengambil kesimpulan bahwa sholat ied, petunjuknya dilaksanakan di lapangan, bukan di masjid !!! Inilah petunjuknya Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- , Sedang sebaik-baik petunjuk adalah petunjuknya Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- .

Ibnu Hazm Azh-Zhohiriy-rahimahullah- berkata dalam Al-Muhalla (5/81), "Sunnahnya sholat ied, penduduk setiap kampung, dan kota keluar menuju lapangan yang luas, di dekat tempat tinggal mereka di waktu pagi setelah memutihnya matahari, dan ketika awal bolehnya sholat sunnah".

Imam Al-AiniyAl-Hanafiy -rahimahullah- berkata, "Dalam hadits ini terdapat anjuran keluar menuju lapangan, dan tidak melaksanakan shalat ied di masjid, kecuali karena darurat". [Lihat Umdah Al-Qoriy (6/280)].

Imam Malikbin Anas-rahimahullah- berkata dalam Al-Mudawwanah Al-Kubra (1/245), "Seorang tidak boleh shalat ied di dua hari raya pada dua tempat; mereka juga tidak boleh shalat di masjid mereka, tapi mereka harus keluar (ke lapangan) sebagaimana Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dulu keluar (menuju lapangan)".

Ibnu Qudamah -rahimahullah- berkata dalam Al-Mughniy (2/229), "Sunnahnya seorang shalat ied di lapangan. Ali -radhiyallahu ‘anhu- telah memerintahkan hal tersebut dan dianggap suatu pendapat yang baik oleh Al-Auza’iy dan ahli ra’yi. Ini adalah pendapat Ibnul Mundzir… Kami (Ibnu Qudamah) memiliki dalil bahwa Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dulu keluar menuju lapangan, dan meninggalkan masjidnya, demikian pula para khulafaurrasyidin setelahnya. Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- tidaklah meninggalkan perkara yang lebih afdhol (sholat ied di masjidnya), padahal ia dekat, lalu beliau memaksakan diri melakukan perkara yang kurang (yaitu shalat di lapangan), padahal ia lebih jauh. Jadi nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- tidaklah mensyariatkan umatnya untuk meninggalkan perkara-perkara yang afdhol. Kita juga diperintahkan untuk mengikuti Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- , dan berteladan kepadanya. Maka tidak mungkin suatu yang diperintahkan adalah kekurangan, dan sesuatu yang dilarang merupakan sesuatu yang sempurna. Tidak dinukil dari Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bahwa beliau shalat ied di masjidnya, kecuali karena udzur. Ini juga merupakan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin, karena manusia pada setiap zaman dan tempat, mereka keluar menuju lapangan untuk melaksanakan shalat ied di dalamnya, padahal masjid luas dan sempit. Dulu nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- laksanakan shalat ied di lapangan, padahal masjidnya mulia, dan juga shalat sunnah di rumah lebih utama dibandingkan shalat sunnah di masjid Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- , padahal ia lebih utama".

Inilah beberapa dalil dan komentar para ulama kita yang menghilangkan dahaga bagi orang yang haus ilmu; mengangkat syubhat, dan keraguan dari hati. Semoga dengan risalah ringkas ini kaum muslimin bisa menyatukan langkah dalam melaksanakan sholat ied sehingga persatuan dan kebersamaan diantara mereka semakin kuat, membuat orang-orang kafir gentar dan segan.

Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 34 Tahun I. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Muhammad Mulyadi. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp)

http://almakassari.com/?p=181#more-181 


kutipan tsb di atas ada sedikit hal yang kurang pas, maka oleh KH. Mahrus Ali (Mantan Kyai NU) diberi catatan sbb. :

    Ada  beberapa kekeliruan dalam artikel itu  sbb :

وَالْعَنَزَةُ تُحْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ
sedangkan tombak kecil di depan beliau. ( terjemahan versi Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 34 Tahun I )

versi saya : sedangkan tombak kecil di bawah orang di depan beliau.

إِنَّ أَوَّلَ نُسُكِنَا فِيْ يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نَبْدَأَ بِالصَّلَاةِ ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ
"Sesungguhnya awal kurban kita adalah pada hari kita ini. Kita mulai dengan shalat, lalu kita kembali untuk menyembelih hewan kurban. ( terjemahan versi Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 34 Tahun I )
Versi saya :
"Sesungguhnya awal ibadah  kita  pada hari kita ini adalah kita mulai dengan shalat, lalu kita kembali ke rumah untuk menyembelih hewan kurban.

وَلَوْلَا مَكَانِيْ مِنَ الصِّغَرِ مَا شَهِدْتُهُ حَتَّى أَتَى الْعَلَمَ الَّذِيْ عِنْدَ دَارِ كَثِيْرِ بْنِ الصَّلْتِ,

Andaikan aku tidak kecil, maka aku tidak akan menyaksikannya, sampai Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mendatangi tanda (yang terdapat di lapangan), di dekat rumah Katsir Ibnu Ash-Shalt.  ( terjemahan versi Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 34 Tahun I )

Versi saya :
Andaikan bukan karena kedudukanku di sisi Rasulullah SAW maka aku tidak akan menyaksikannya karena aku masih kecil , sampai Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mendatangi tanda (yang terdapat di lapangan), di dekat rumah Katsir Ibnu Ash-Shalt.

Boleh di lihat di syarah hadisnya :


عون المعبود - (ج 3 / ص 97)
وَلَوْلَا مَكَانِي مِنْ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ أَشْهَدهُ لِأَجْلِ الصِّغَر ،
Andaikan bukan karena kedudukanku di sisi Rasulullah SAW maka aku tidak akan menyaksikannya karena aku masih kecil

عون المعبود - (ج 3 / ص 97)
وَفَسَّرَ الرَّاوِي هُنَاكَ عِلَّة عَدَم الْحُضُور بِقَوْلِهِ يَعْنِي مِنْ صِغَره فَالصِّغَر عِلَّة لِعَدَمِ الْحُضُور ، وَلَكِنْ قُرْب اِبْن عَبَّاس مِنْهُ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَكَانه عِنْده كَانَ سَبَبًا لِحُضُورِهِ اِنْتَهَى كَلَامه
Perawi mentafsirkan di sana  sebab  tidak hadir  yaitu  karena masih kecil . Jadi kecil sebagai  sebab  tidak hadir . Tapi berhubung kedekatan Ibnu Abbas kepada  Rasulullah SAW dan kedudukannya  yang menjadi sebab kehadiran nya ….. selesai perkataannya .  Aunul ma`bud 3/ 97

Dalam bullettin di katakan :
Al-Hafizh Ibnu Hajar-rahimahullah- berkata, "Hadits ini dijadikan dalil untuk menunjukkan dianjurkannya keluar menuju padang luas (lapangan) untuk mengerjakan shalat ied, dan bahwasanya hal itu lebih utama dibandingkan shalat ied di masjid, karena kontunyunya nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- atas hal itu, padahal masjid beliau memiliki keutamaan.[Lihat Fathul Bari (2/450)]
 Arabnya sbb :
فتح الباري لابن حجر - (ج 3 / ص 378)
وَاسْتُدِلَّ بِهِ عَلَى اِسْتِحْبَابِ الْخُرُوجِ إِلَى الصَّحْرَاءِ لِصَلَاةِ الْعِيدِ وَأَنَّ ذَلِكَ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِهَا فِي الْمَسْجِدِ ، لِمُوَاظَبَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى ذَلِكَ مَعَ فَضْلِ مَسْجِدِهِ .
Di artikel itu di katakan :

Adapun penduduk Mekkah, mereka dikecualikan dalam hal ini, karena sempitnya lokasi yang ada di negeri itu. Mekkah adalah lembah yang dikelilingi oleh pegunungan, tidak mungkin bagi penduduk untuk melaksanakan sholat ied kecuali di lembah itu. Sedang di lembah itulah terdapat Baitullah. Jadi, mau tidak mau, ya mereka harus sholat di Masjidil Haram

Komentarku ( Mahrus ali )

Anda menyatakan :
Adapun penduduk Mekkah, mereka dikecualikan dalam hal ini, karena sempitnya lokasi yang ada di negeri itu. Mekkah adalah lembah yang dikelilingi oleh pegunungan, tidak mungkin bagi penduduk untuk melaksanakan sholat ied kecuali di lembah itu.

Komentarku ( Mahrus ali )
Alasan ini kurang rasional , setahu saya masih banyak tanah lapang di Mekkah , boleh di lihat di Aziziyah sampai sekarang masih banyak  tanah yang lebar yang belum di buat kavlingan . Waktu saya di Mekkah sekitar tahun 1980- 1987 M , masih banyak tanah lapang .
Alasan yang tepat , waktu dulu , tanah sekitar ka`bah seperti lapangan , karena  belum di bangun masjid di sekitarnya . Dan mungkin  juga karena kemulyaan Masjidil haram dan dekat dengan Ka`bah.

Anda menyatakan :
 Al-Hafizh-rahimahullah- berkata, "Ibnu Sa’ad berkata, "Rumah Katsir bin Ash-Sholt merupakan kiblat bagi lapangan di dua hari raya. Rumah itu menurun ke perut lembah Bathhan, suatu lembah di tengah kota Madinah". Selesai ucapan Ibnu Sa’ad".[Lihat Fathul Bari (2/449), cet. Darul Ma’rifah] ( terjemahan versi Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 34 Tahun I )
Komentarku ( Mahrus ali )
Arabnya sbb :
فتح الباري لابن حجر - (ج 3 / ص 378)
، قَالَ اِبْنُ سَعْدٍ : كَانَتْ دَارُ كَثِيرِ بْنِ الصَّلْتِ قِبْلَةَ الْمُصَلَّى فِي الْعِيدَيْنِ وَهِيَ تُطِلُّ عَلَى بَطْنِ بَطَحَانِ الْوَادِي الَّذِي فِي وَسَطِ الْمَدِينَةِ ، اِنْتَهَى

, "Ibnu Sa’ad berkata, "Rumah Katsir bin Ash-Sholt merupakan kiblat bagi lapangan di dua hari raya. Rumah itu menghadap ke perut lembah Bathhan, suatu lembah di pusat kota Madinah". Selesai ucapan Ibnu Sa’ad"

Anda menyatakan  lagi :
Imam Malikbin Anas-rahimahullah- berkata dalam Al-Mudawwanah Al-Kubra (1/245), "Seorang tidak boleh shalat ied di dua hari raya pada dua tempat; mereka juga tidak boleh shalat di masjid mereka, tapi mereka harus keluar (ke lapangan) sebagaimana Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dulu keluar (menuju lapangan)".

Arabnya sbb :
المدونة - (ج 1 / ص 431)
وَقَالَ مَالِكٌ : لَا يُصَلَّى فِي الْعِيدَيْنِ فِي مَوْضِعَيْنِ وَلَا يُصَلُّونَ فِي مَسْجِدِهِمْ ، وَلَكِنْ يَخْرُجُونَ كَمَا خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Imam Malikbin Anas-rahimahullah- berkata dalam Al-Mudawwanah Al-Kubra (1/245), Dua salat Id tidak boleh di lakukan dalam  dua tempat; mereka juga tidak boleh shalat di masjid mereka, tapi mereka harus keluar (ke lapangan) sebagaimana Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dulu keluar (menuju lapangan)".

  Saran:
  Bagi mereka yang menjalankan salat Id di lapangan hendaknya di lakukan tanpa sajadah koran , tikar , terpal , sajadah . Tapi  usahakan  melakukan salat  dan langsung  sujud ke tanah . Lihatlah dan bacalah 35 polemik salat di atas tanah tanpa alas di blog saya ini

Selasa, 23 Agustus 2011

Menggapai kemuliaan di Malam Lailatul Qadar, Malam Seribu Bulan Read more: http://mantankyainu.blogspot.com/2011/08/menggapai-kemuliaan-di-malam-lailatul.html#ixzz1Vu0duAcS

Tak terasa akhirnya kita telah mencapai sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan kali ini yang penuh dengan keberkahan yang telah kita rasakan. Berbagai ketaatan serta ibadah pun telah kita lakukan dengan maksimal pada 20 hari terakhir ini. Tibalah kita pada sepuluh hari terakhir yang merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Muslim di berbagai penjuru dunia karena pada sepuluh hari terakhir ini terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan yaitu malam Lailatul Qadar.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3-4)
serta di surat lain yaitu Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5)
Masya Alloh, sungguh mulia sekali pada satu malam itu seluruh ibadah kita bernilai seribu bulan. Contohnya saja kalau kita melakukan shalat tarawih, maka shalat tarawih kita bernilai pahala 83 tahun 4 bulan. Serta hanya di dalam satu malam ini lebih baik dari umur seseorang yang menghampiri 100 tahun, jika tambah berapa tahun beliau baligh dan dipertanggung jawabkan.
Namun pertanyaannya Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya malam lailatul qadar di antaranya adalah agar terbedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut dengan orang yang malas. Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal ini juga sebagai rahmat Allah agar hamba memperbanyak amalan pada hari-hari tersebut dengan demikian mereka akan semakin bertambah dekat dengan-Nya dan akan memperoleh pahala yang amat banyak. Semoga Allah memudahkan kita memperoleh malam yang penuh keberkahan ini.
Yang terakhir adalah Tanda Malam lailatul Qadar yaitu berdasarkan Hadist dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Semoga kita semangat dalam meraih kemuliaan di Malam Lailatul Qadar.

Sumber http://rangeradith.wordpress.com/2010/08/30/menggapai-kemuliaan-di-malam-lailatul-qadar-malam-seribu-bulan/


Komentarku ( Mahrus ali )


Anda menyatakan :
Yang terakhir adalah Tanda Malam lailatul Qadar yaitu berdasarkan Hadist dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Komentarku ( Mahrus ali )
Hadis terahir yang anda sampaikan itu saya  cari di nomer dan juz itu  tidak ada . Saya menjumpai  hadis  riwayat Muslim sbb :
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا مَرْوَانُ وَهُوَ الْفَزَارِيُّ عَنْ يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ تَذَاكَرْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ
Dari Abu Hurairah ra berkata : Kami saling mengingatkan tentang lailatul qadr  di sisi Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda : Siapakah  di antaramu  yang ingat  ketika  bulan terbit seperti sisi mangkok besar. HR Muslim 1170
Komentarku ( Mahrus ali )
    Ada perawi  cacat dalam hadis tsb .
مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ  صَدُوقٌ يَهِمُ
مَرْوَانُ وَهُوَ الْفَزَارِيُّ   مُدَلِّسٌ
يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ كَيْسَانَ  صَدُوقٌ يُخْطئ
Muhammad bin Abbad perawi yang selalu berkata benar tapi  keliru
Marwan  al Fazari  yang mudallis – suka menyelinapkan perawi lemah agar di kira sahih .
Yazid bin Kaisan  yang jujur  tapi keliru
Jadi hadis itu jelas lemahnya  dan hanya Imam Muslim yang meriwayatkannya di antara  penyusun kutubut tis`ah .
Abul  mu`athi dalam kitab al Musnad al Jami` 423/41 berkata :
أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ (2749) قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ ، وَابْنُ أَبِيْ عُمَرَ . وَ"أَبُوْ يَعْلَى" 6176 قَالَ : حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ سُرَيْجٍ.
ثَلَاثَتُهُمْ (مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ ، وَابْنُ أَبِيْ عُمَرَ ، وَالْحَارِثُ بْنُ سُرَيْجٍ) عَنْ مَرْوَانَ الْفَزَارِيِّ ، عَنْ يَزِيْدَ بْنِ كَيْسَانَ ، عَنْ أَبِيْ حَازِمٍ ، فَذَكَرَهُ.
HR. Muslim (2749)lalu  mengatakan: Bercerita kepada kami Muhammad bin Abbad, dan  anak Abu Umar. Dan "Abu Ali" 6176 berkata:  Bercerita kepada kami  Harits bin Suraij.
Tiga dari mereka (Muhammad bin Abbad, anak Abu Umar, dan al-Harits bin Suraij) dari Marwan al Fazari, dari Yazid bin Kaisan, dari Abu Hazim, lalu ia menyebutkan……………….

Komentarku ( Mahrus ali )
Jadi hanya Marwan  al Fazari  yang mudallis – suka menyelinapkan perawi lemah agar di kira sahih  yang meriwayatkan hadis tsb , tiada perawi lainnya .
Dia adalah atbaut tabiin Rank 8 [1]bukan tabiin juga bukan sahabat   – Jadi hadis tersebut tidak di kenal  di kalangan tabiin , dan para sahabat tapi populer di zaman sekarang . Bahkan  di kalangan pengikut tabiin saja hadis itu masih di anggap nyeleneh  dan tidak di kenal sekalipun Imam Muslim yang meriwayatkan nya.
Ada hadis lagi sbb :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنِي عَبْدَةُ عَنْ زِرٍّ قَالَ سَمِعْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ يَقُولُا وَقِيلَ لَهُ إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُا مَنْ قَامَ السَّنَةَ أَصَابَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ أُبَيٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا
Dari Zir berkata : Aku mendengar Ubay bin Ka`ab berkata : Di katakan kepadanya  : Sesungguhnya Abdullah bin Mas`ud berkata : Barang siapa qiyamul lail setahun akan menjumpai  lailatul qadar “.
Ubay berkata : “ Demi Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia , sesungguhnya lailatul qadar di Ramadhan . Dia bersumpah tanpa kecuali , demi Allah , sungguh aku tahu malam apa itu ?  ia adalah malam yang Rasulullah SAW memerintah kita untuk salat malam di dalamnya  . Yaitu malam 27 . Tandanya matahari terbita pada paginya putih tiada cahanya yang berkilau ( tiada pancaran sinarnya ) . HR Muslim 762
Ada hadis lagi sbb :


 724‏- حَدِيْثُ  ‏أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: اعْتَكَفْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ   الْعَشْرَ الأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ، فَخَرَجَ صَبِيحَةَ عِشْرَينَ، فَخَطَبَا، وَقَالَ: إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا أَوْ نُسِّيتُهَا، فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِي الْوِتْرِ، وَإِنِّي رَأَيْتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ، فَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  ، فَلْيَرْجِعْ فَرَجَعْنَا وَمَا نَرَى فِي السَّمَاءٍ قَزَعَةَ؛ فَجَاءَتْ سَحَابَةٌ فَمَطَرَتْ حَتَّى سَالَ سَقْفُ الْمَسْجِدِ، وَكَانَ مِنْ جَرِيدِ النَّخْلِ، وَأَقِيمَتِ الصَّلاَةُ، فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ   يَسْجُدُ فِي الْمَاءِ وَالطِّينِ، حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ فِي جَبْهَتِهِ
أَخْرَجَهُ اْلبُخَارِيّ فِي : 32 كِتَابُ فَضْلِ لَيْلَةِ اْلقَدْرِ : 2 2 بَابُ الْتِمَاسِ لَيْلَةِ اْلقَدْرِ فِي السَّبْعِ اْلأَوَاخِرِ

724.Abu Said menuturkan: “Kami pernah beri’tikaf pada sepuluh hari  pertengahan di bulan Ramadhan. Pada pagi hari kedua puluh, beliau saw berpidato kepada kami: “Aku diperlihatkan bahwa malam Qadar terjadi, tetapi aku lupa atau aku dilupakan kepadanya. Karena itu, carilah pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir dan aku melihat seolah-olah aku bersujud di atas air dan tanah. Barangsiapa yang beri’tikaf bersama Rasulullah saw, maka kembalilah.”
Kami kembali bei’tikaf dan tidak melihat sepotong awanpun di langit. Tiba-tiba datanglah awan dan turunlah hujan sampai air menetes dari atap masjid yang terbuat dari pelepah pohon kurma. Ketika shalat diiqamatkan, maka aku lihat Rasulullah saw bersujud di atas air dan tanah sampai aku lihat di dahi beliau saw terdapat bekas tanah.” (Bukhari, 32, Kitab Fadlu Lailatul Qadr, 2, bab mencari Lailatul Qadar pada malam tujuh terakhir di bulan Ramadhan).

Allu`lu` wal marjan 343/1  al albani berkata :  Sahih
Lihat di kitab karyanya : Sahih wa dho`if  sunan Abu Dawud 382/3
 
Komentarku ( Mahrus ali )
 Hadis tsb menunjukkan kadang di malam lailatul qadar terjadi hujan bukan cerah terus .
Baca juga di

Minggu, 21 Agustus 2011

Dokumen Rahasia Terkait Indonesia di WikiLeaks

Geger akibat s (www.wikileaks.org) sedang melanda dunia. Situs yang dipimpin Julian Assange dan bermarkas di Swedia itu terus membocorkan ratusan ribu file rahasia yang terkait dengan aktivitas Pemerintah Amerilah membuat masyarakat dunia terperanjat dengan mengungkap dokumen yang menyatakan bahwa Arab Saudi, Kuwait, dan beberapa negara Timur Tengah menginginkan agar Amerika menyerang Iran karena memiliki nuklir.
Menurut WikiLeaks, dokumen yang mereka rilis itu dijamin kesahihannya. Tidak ada dokumen palsu. Bagaimana cara memperolehnya, dirahasiakan. Tetapi, gara-gara aktiviatsnya itu, Julian Assange kini sedang diburu Interpol.

Bagi Pemerintah dan masyarakat Indonesia, kini juga menjadi saat-saat yang mendebarkan menunggu bocoran dokumen WikiLeaks. Konon kabarnya harian The Guardian dari Inggris mengklaim memiliki 251 ribu lebih dokumen kawat diplomatik AS. Dari sekian banyak jumlah dokumen tersebut, 3.059 berasal dari kedutaan Amerika di Jakarta dan 167 dari konsulat Amerika di Surabaya. Dokumen tertua adalah tanggal 19 November 1990, sementara yang terbaru 27 Februari 2010.

Jumlah dokumen dari Indonesia tersebut merupakan jumlah terbanyak dibanding dengan jumlah dokumen dari kedutaan Amerika di negara lain di Asia Tenggara. Di Bangkok, misalnya, jumlah dokumen yang terbuka 2.941, Manila 1.796, dan Singapura 704. Ini menandakan bahwa
Indonesia memiliki posisi penting di mata Amerika.

Kita belum tahu seberapa tinggi tingkat kerahasiaan dokumen-dokumen itu.
Beberapa dokumen yang dilansir hanya menceritakan Kasus Timor-Timur, Pemilu 2004 dan Pelatihan Kopassus. Dalam dokumen berkode CRS Report RS20332 dengan judul East Timor Crisis: US Policy and Options tertanggal 5 November 1999 itu disebutkan bahwa Pemerintahan Bill Clinton menekan RI agar menerima kehadiran pasukan perdamai an internasional di Timor Timur usai jajak pendapat 1999. Selain itu juga menghentikan kerja sama militer AS dan Indonesia dan mengancam sanksi lebih keras bila tak mau bekerja sama, mengendalikan milisi, dan memulangkan 200 ribu pengungsi Timor Timur. Amerika juga mendukung keputusan IMF dan Bank Dunia agar menghentikan bantuan mereka untuk Indonesia. Bantuan yang dihapus untuk tahun 2000 antara lain bantuan ekonomi 75 juta dolar AS, Economic Support Funds 5 juta dolar AS dan IMET 400 ribu dolar

Mengenai Pemilu 2004 yang memenangkan pasangan SBY-JK, dalam dokumen tertanggal 20 Mei 2005 berkode CRS Report RS21874, Analyst in Southeast and South Asian Affairs, disebutkan bahwa SBY adalah the thinking general. Dalam dokumen itu juga terungkap bahwa suksesnya Pemilu 2004 meneguhkan dominasi partai sekuler, yaitu Golkar, PDIP, dan Partai Demokrat.

Sementara itu, berkaitan dengan Pelatihan Kopassus, dokumen yang bertajuk Joint Combined Exchange Training (JCET) and Human Rights Background and Issues for Congress, tertanggal 26 Januari 1999 menyebutkan bahwa sejak tahun 1992, Kongres AS memutus program Pelatihan dan Pendidikan Militer Internasional (IMET) untuk Indonesia setelah tragedi Santa Cruz. Tetapi, di bawah program JECT Dephan yang di setujui oleh Deplu, pasukan Baret Hijau AS melatih 60 anggota pasukan khusus TNI di Indonesia yang sebagian besar Kopassus. JECT berdalih pelatihan murni militer meskipun kurikulum latihan perang kota berjudul ‘crowd control’. Akhirnya, pada April 1998, anggota Kongres AS menyurati Menteri Pertahanan Cohen Evans yang menyebut program JECT telah mengakali larangan Kongres. Akibatnya JECT dihentikan pada 8 Mei 1998.

Bagaimana dengan dokumen yang menyebut peranan Amerika dalam penanganan terorisme di Indonesia?. Kita belum tahu. Sebab dokumen mengenai hal itu belum dibocorkan oleh WikiLeaks. Yang jelas secara kasat mata penanganan kasus terorisme di Indonesia sejak tahun 2002 sangat kental berbau Amerika. Sejak pembentukan
Detasemen Khusus 88 (Densus 88), pendanaan, program pelatihannya, dan penangkapan sejumlah tersangka terorisme, Amerika ternyata mengambil peranan dibaliknya.

Dalam kasus penangkapan Ustadz Abu Bakar Baasyir misalnya, setidaknya ada tiga bukti yang selama ini diketahui banyak pihak telah melibatkan Amerika. Pertama, pengakuan mantan penerjemah Presiden Bush dan Megawati di Gedung Putih, Fred Burks, di Pengadilan. Dalam persidangan Ustadz Abu tahun 2005, Fred Burks membeberkan semua rencana Amerika untuk me’render’ Ustadz Abu. Pria kelahiran 20 Februari 1958 itu menyebut adanya negosiasi tingkat tinggi, di mana Amerika meminta Indonesia menyerahkan Ustadz Abu ke tahanan Amerika. Tapi Presiden Megawati menolak tekanan itu.

Fred Burks juga berkata bahwa tiga pekan sebelum
bom Bali ada pertemuan rahasia di rumah Megawati, Jl. Teuku Umar (16/9/02) yang dihadiri oleh Ralph L Boyce, Dubes AS untuk Indonesia, Karen Brooks (Direktur Asia National Security Council), seorang perempuan agen CIA yang diperkenalkan sebagai asisten khusus Bush, dan Burks sendiri. Sedangkan Megawati sendirian. Dalam pertemuan 20-an menit itu si agen CIA berkata bahwa pemerintah Amerika meminta agar Ustadz Abu diserahkan ke Amerika karena terkait jaringan Al-Qaeda. Megawati menolak, dengan alasan kalau dia menyerahkan Ustadz Abu ke Amerika akan timbul instabilitas politik dan agama yang tidak akan sanggup ia tanggung.

Namun si agen CIA itu justru mengancam, "Jika Ba'asyir tidak diserahkan ke Amerika sebelum Konferensi APEC (enam minggu setelah pertemuan itu) situasi akan tambah sulit. Pertemuan pun bubar. Bom Bali pun meledak (12/10/02). Burks berkata, "Peristiwa itu memberi alasan yang diperlukan Megawati sehingga Ba'asyir ditahan sampai sekarang, meskipun dia (Mega) tidak menyerahkannya ke Amerika”.

Bukti kedua yang menjelaskan keterlibatan Amerika dalam penangkapan Ustadz Abu adalah ketika Pemerintah AS mengutus Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Tom Ridge (10/3/04) untuk menekan Presiden Megawati, Menko Polkam SBY, dan Kapolri Jendral Da'i Bachtiar agar tetap menahan Ustadz Abu setelah bebas dari Rutan Salemba. Maka peristiwa itu memaksa ribuan personil PHH mengambil paksa Ustadz Abu pada hari Jum'at (30/4/04) pukul 06.55 WIB setelah sejak pukul 05.00 WIB bentrok dengan para aktivis ormas Islam yang turut menyambut rencana pembebasan beliau.

Hasil kunjungan Tom Ridge kepada Menko Polkam SBY saat itu (8/3/04) seperti dilaporkan kantor berita Perancis AFP sebagai berikut: Isu seputar akan dijeratnya kembali Ba'asyir ini muncul ketika pihak Amerika Serikat dan beberapa diplomat asing kecewa terhadap keputusan Mahkamah Agung (MA) yang telah menetapkan 1,5 tahun penjara potong masa tahanan bagi ustadz yang juga pendiri Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Solo itu.

Sehari setelah keluarnya keputusan MA itu, Menteri Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat Tom Ridge, menemui Menkopolkam Susilo Bambang Yudhoyono (8/3) dengan mengatakan bahwa keputusan pengadilan Indonesia terhadap Ba'asyir bukanlah keputusan yang tepat. "Kami harap tidak lama lagi dia akan dibawa ke pengadilan dengan cara lain," kata Ridge seperti dikutip AFP. Beberapa saat usai pertemuan itu, ada pernyataan dari kantor Menkopolkam, "Jika ada bukti baru, sama saja, dari dalam atau luar Indonesia, beliau akan didakwa lagi," ujar Harsanto, salah seorang staf Susilo Bambang Yudhoyono pada AFP.
Bukti ketiga, adalah pengakuan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif melalui tulisannya di rubrik Resonansi HU Republika (13/4/04). Ia mengaku diminta langsung oleh Dubes AS di Jakarta Ralph L Boyce (28/3/04) agar melobi Ketua MA dan Kapolri supaya Ustadz Abu tetap ditahan sebelum pemilu dilangsungkan. Untuk kepentingan itu pihak Dubes menyiapkan semua fasilitas yang dibutuhkan. Syafii mengaku langsung menolak dengan tegas, kendatipun dia sendiri tidak sepaham dengan visi dan misi perjuangan Ust Abu.

Bagaimana dengan penangkapan Ustadz Abu di Banjar Patroman, Ciamis, Jawa Barat beberapa bulan lalu?. Apakah ini juga bagian dari skenario dan pesanan Amerika?. Kita tunggu seberapa banyak dokumen rahasia yang dimiliki WikiLeaks terkait Indonesia terutama soal penanganan kasus terorisme. Sedikit banyak, dokumen yang terungkap tersebut akan membuka perselingkuhan antara pejabat-pejabat di negeri ini dengan Amerika Serikat. Apakah kelak ada pihak yang kebakaran jenggot jika dokumen tersebut dibuka, mari kita tunggu cicilan dokumen dari Wikileaks.

Read more: http://mantankyainu.blogspot.com/2011/08/derajat-tinggi.html#ixzz1ViTpVN5a