Tak terasa akhirnya kita telah mencapai sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan kali ini yang penuh dengan keberkahan yang telah kita rasakan. Berbagai ketaatan serta ibadah pun telah kita lakukan dengan maksimal pada 20 hari terakhir ini. Tibalah kita pada sepuluh hari terakhir yang merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Muslim di berbagai penjuru dunia karena pada sepuluh hari terakhir ini terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan yaitu malam Lailatul Qadar.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3-4)
serta di surat lain yaitu Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5)
Masya Alloh, sungguh mulia sekali pada satu malam itu seluruh ibadah kita bernilai seribu bulan. Contohnya saja kalau kita melakukan shalat tarawih, maka shalat tarawih kita bernilai pahala 83 tahun 4 bulan. Serta hanya di dalam satu malam ini lebih baik dari umur seseorang yang menghampiri 100 tahun, jika tambah berapa tahun beliau baligh dan dipertanggung jawabkan.
Namun pertanyaannya Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya malam lailatul qadar di antaranya adalah agar terbedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut dengan orang yang malas. Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal ini juga sebagai rahmat Allah agar hamba memperbanyak amalan pada hari-hari tersebut dengan demikian mereka akan semakin bertambah dekat dengan-Nya dan akan memperoleh pahala yang amat banyak. Semoga Allah memudahkan kita memperoleh malam yang penuh keberkahan ini.
Yang terakhir adalah Tanda Malam lailatul Qadar yaitu berdasarkan Hadist dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Semoga kita semangat dalam meraih kemuliaan di Malam Lailatul Qadar.
Sumber http://rangeradith.wordpress.com/2010/08/30/menggapai-kemuliaan-di-malam-lailatul-qadar-malam-seribu-bulan/
Komentarku ( Mahrus ali )
Anda menyatakan :
Yang terakhir adalah Tanda Malam lailatul Qadar yaitu berdasarkan Hadist dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Komentarku ( Mahrus ali )
Hadis terahir yang anda sampaikan itu saya cari di nomer dan juz itu tidak ada . Saya menjumpai hadis riwayat Muslim sbb :
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا مَرْوَانُ وَهُوَ الْفَزَارِيُّ عَنْ يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ تَذَاكَرْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ
Dari Abu Hurairah ra berkata : Kami saling mengingatkan tentang lailatul qadr di sisi Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda : Siapakah di antaramu yang ingat ketika bulan terbit seperti sisi mangkok besar. HR Muslim 1170
Komentarku ( Mahrus ali )
Ada perawi cacat dalam hadis tsb .
مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ صَدُوقٌ يَهِمُ
مَرْوَانُ وَهُوَ الْفَزَارِيُّ مُدَلِّسٌ
يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ كَيْسَانَ صَدُوقٌ يُخْطئ
Muhammad bin Abbad perawi yang selalu berkata benar tapi keliru
Marwan al Fazari yang mudallis – suka menyelinapkan perawi lemah agar di kira sahih .
Yazid bin Kaisan yang jujur tapi keliru
Jadi hadis itu jelas lemahnya dan hanya Imam Muslim yang meriwayatkannya di antara penyusun kutubut tis`ah .
Abul mu`athi dalam kitab al Musnad al Jami` 423/41 berkata :
أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ (2749) قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ ، وَابْنُ أَبِيْ عُمَرَ . وَ"أَبُوْ يَعْلَى" 6176 قَالَ : حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ سُرَيْجٍ.
ثَلَاثَتُهُمْ (مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ ، وَابْنُ أَبِيْ عُمَرَ ، وَالْحَارِثُ بْنُ سُرَيْجٍ) عَنْ مَرْوَانَ الْفَزَارِيِّ ، عَنْ يَزِيْدَ بْنِ كَيْسَانَ ، عَنْ أَبِيْ حَازِمٍ ، فَذَكَرَهُ.
ثَلَاثَتُهُمْ (مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ ، وَابْنُ أَبِيْ عُمَرَ ، وَالْحَارِثُ بْنُ سُرَيْجٍ) عَنْ مَرْوَانَ الْفَزَارِيِّ ، عَنْ يَزِيْدَ بْنِ كَيْسَانَ ، عَنْ أَبِيْ حَازِمٍ ، فَذَكَرَهُ.
HR. Muslim (2749)lalu mengatakan: Bercerita kepada kami Muhammad bin Abbad, dan anak Abu Umar. Dan "Abu Ali" 6176 berkata: Bercerita kepada kami Harits bin Suraij.
Tiga dari mereka (Muhammad bin Abbad, anak Abu Umar, dan al-Harits bin Suraij) dari Marwan al Fazari, dari Yazid bin Kaisan, dari Abu Hazim, lalu ia menyebutkan……………….
Tiga dari mereka (Muhammad bin Abbad, anak Abu Umar, dan al-Harits bin Suraij) dari Marwan al Fazari, dari Yazid bin Kaisan, dari Abu Hazim, lalu ia menyebutkan……………….
Komentarku ( Mahrus ali )
Jadi hanya Marwan al Fazari yang mudallis – suka menyelinapkan perawi lemah agar di kira sahih yang meriwayatkan hadis tsb , tiada perawi lainnya .
Dia adalah atbaut tabiin Rank 8 [1]bukan tabiin juga bukan sahabat – Jadi hadis tersebut tidak di kenal di kalangan tabiin , dan para sahabat tapi populer di zaman sekarang . Bahkan di kalangan pengikut tabiin saja hadis itu masih di anggap nyeleneh dan tidak di kenal sekalipun Imam Muslim yang meriwayatkan nya.
Ada hadis lagi sbb :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنِي عَبْدَةُ عَنْ زِرٍّ قَالَ سَمِعْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ يَقُولُا وَقِيلَ لَهُ إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُا مَنْ قَامَ السَّنَةَ أَصَابَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ أُبَيٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا
Dari Zir berkata : Aku mendengar Ubay bin Ka`ab berkata : Di katakan kepadanya : Sesungguhnya Abdullah bin Mas`ud berkata : Barang siapa qiyamul lail setahun akan menjumpai lailatul qadar “.
Ubay berkata : “ Demi Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia , sesungguhnya lailatul qadar di Ramadhan . Dia bersumpah tanpa kecuali , demi Allah , sungguh aku tahu malam apa itu ? ia adalah malam yang Rasulullah SAW memerintah kita untuk salat malam di dalamnya . Yaitu malam 27 . Tandanya matahari terbita pada paginya putih tiada cahanya yang berkilau ( tiada pancaran sinarnya ) . HR Muslim 762
Ada hadis lagi sbb :
724- حَدِيْثُ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: اعْتَكَفْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ، فَخَرَجَ صَبِيحَةَ عِشْرَينَ، فَخَطَبَا، وَقَالَ: إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا أَوْ نُسِّيتُهَا، فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِي الْوِتْرِ، وَإِنِّي رَأَيْتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ، فَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلْيَرْجِعْ فَرَجَعْنَا وَمَا نَرَى فِي السَّمَاءٍ قَزَعَةَ؛ فَجَاءَتْ سَحَابَةٌ فَمَطَرَتْ حَتَّى سَالَ سَقْفُ الْمَسْجِدِ، وَكَانَ مِنْ جَرِيدِ النَّخْلِ، وَأَقِيمَتِ الصَّلاَةُ، فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْجُدُ فِي الْمَاءِ وَالطِّينِ، حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ فِي جَبْهَتِهِ
أَخْرَجَهُ اْلبُخَارِيّ فِي : 32 كِتَابُ فَضْلِ لَيْلَةِ اْلقَدْرِ : 2 2 بَابُ الْتِمَاسِ لَيْلَةِ اْلقَدْرِ فِي السَّبْعِ اْلأَوَاخِرِ
724.Abu Said menuturkan: “Kami pernah beri’tikaf pada sepuluh hari pertengahan di bulan Ramadhan. Pada pagi hari kedua puluh, beliau saw berpidato kepada kami: “Aku diperlihatkan bahwa malam Qadar terjadi, tetapi aku lupa atau aku dilupakan kepadanya. Karena itu, carilah pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir dan aku melihat seolah-olah aku bersujud di atas air dan tanah. Barangsiapa yang beri’tikaf bersama Rasulullah saw, maka kembalilah.”
Kami kembali bei’tikaf dan tidak melihat sepotong awanpun di langit. Tiba-tiba datanglah awan dan turunlah hujan sampai air menetes dari atap masjid yang terbuat dari pelepah pohon kurma. Ketika shalat diiqamatkan, maka aku lihat Rasulullah saw bersujud di atas air dan tanah sampai aku lihat di dahi beliau saw terdapat bekas tanah.” (Bukhari, 32, Kitab Fadlu Lailatul Qadr, 2, bab mencari Lailatul Qadar pada malam tujuh terakhir di bulan Ramadhan).
Allu`lu` wal marjan 343/1 al albani berkata : Sahih
Lihat di kitab karyanya : Sahih wa dho`if sunan Abu Dawud 382/3
Komentarku ( Mahrus ali )
Hadis tsb menunjukkan kadang di malam lailatul qadar terjadi hujan bukan cerah terus .
Baca juga di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar