ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.

YAA ALLAH DENGAN PERTOLONGANMU KAMI MEMOHON
BERILAH KAMI KEKUATAN LAHIR DAN BATHIN UNTUK MAMPU MERAIH RIDLAMU..

Minggu, 17 Juli 2011

Karomah dan Hakekat Wali

Sesungguhnya suatu musibah yang menimpa zaman sekarang ini adalah adanya orang-orang yang mengaku sebagai wali, atau mereka membuat orang-orang menyebarkan dari mulut ke mulut tentang mereka. Dengan memanfaatkan kebodohan mereka dan ketidak mampuan mereka membedakan antara wali-wali Allah dan wali-wali syetan. Semua ini adalah dengan tujuan memanfaatkan dan merampas harta-harta manusia dengan cara batil. Diantara kebiasaan masyarakat, mereka memuliakan orang yang tersebar dari mulut ke mulut bahwa dia seorang wali untuk mendapatkan berkah dari mereka. Sedangkan mereka pada hakikatnya adalah orang orang fasiq, pendusta, penipu, dan pemakan harta yang haram.
Bahaya ini sudah membesar dan permasalahan semakin sulit terhadap mereka yang mengada-ada ini, dengannya mereka menipu manusia. Dan dalam pengakuannya sebagai wali terdapat unsur tazkiyatun nafs (mensucikan diri sendiri). Hal ini dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah:
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci” (An Najm:32).
Dan sifat ini bukanlah sifat seorang wali, karena para wali itu selalu khawatir akan dirinya karena ketakutan mereka yang besar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka bagaimana mungkin mereka mengatakan kepada masyarakat ‘Sesungguhnya kami ini adalah para wali.’
Sesungguhnya mereka ini, karena kefasikan mereka, mereka mencari keudukan dihati manusia . Maka engkau mendapati mereka mencari kebesaran dan keagungan, mereka tidak berjalan kecuali bersama mereka para pengikut, padahal mereka sebetulnya adalah pembantu-pembantu mereka, jika tamu datang kepada mereka, mereka membuatnya menunggu selama mungkin supaya diakui akan kehormatan mereka! Dan apabila duduk, dia memiliki tempat duduk khusus untuknya agar diketahui oleh semua yang hadir, dan sebagian mereka selalu mengaku bahwa dia shalat di masjidil haram kapan saja dia kehendaki, sebagian mereka mengaku ketika berdoa, dia berdoa dari bagian dalam ka’bah, sebagian mereka mengaku, bahwa dia memiliki kekuatan untuk memenangkan seorang kandidat dalam pemilu, sebagian mereka mengaku, bahwa dia memiliki kekuatan untuk berbicara dengan para wali dari orang-orang yang sudah meninggal. Sebagian mereka menggunakan tipuan dengan memasukkan lampu listrik dalam bajunya dan menyalakannya di tempat gelap untuk mengelabui manusia bahwa cahaya keluar dari dadanya. Sebagian mereka merajut cerita-cerita bohong, seperti melihat nabi didalam mimpi dan selain itu dari kebohongan dan hal-hal lain yang mempermainkan akal orang-orang awam..
Apalagi sebagian mereka malah tidak shalat berjamaah bersama manusia untuk mencari kedudukan dimata manusia, dia tidak menginginkan kedudukan apa saja dari Allah karena dia menyadari bahwa dia adalah orang yang berbuat maksiat kepada Allah, orang yang durhaka dan orang yang fasiq.
Sesungguhnya diantara dasar-dasar pemahaman ahlus sunnah wal jama’ah adalah mempercayai karomah-karomah para wali Allah yang shalih dan kejadian-kejadian luar biasa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala lakukan melalui tangan mereka. Hal ini telah banyak terjadi dan sebagiannya telah dicantumkan dalam al-Qur`an dan disebutkan didalam As-Sunnah.
Dan terdapat beberapa atsar mengenai karomah para sahabat dan tabi’in kemudian orang orang setelah mereka.
Diantara contoh karomah ini adalah kisah Ashabul Kahfi, kisah maryam dan ditemukan rezeki disisinya didalam mihrabnya tanpa ada seorang pun yang mendatanginya, dan keduanya itu tersebut didalam Al Qur’an Al Karim.
Kisah tiga orang penghuni goa yang mereka tertutup oleh batu besar, lalu mereka berdoa kepada Allah dan bertawassul kepada Allah dengan amal shalih mereka, maka batu itu terbuka luas untuk mereka, kisah ini ada dalam Shahih Bukhari Muslim.
Kisah Juraij seorang ‘abid (ahli ibadah) dari Bani Israil ketika dituduh berzina, maka bayi yang masih menyusu itu berbicara mengenai kebebasannya, kisah ini ada dalam Shahih Bukhari. Dan adanya annggur pada diri Khubaib ibnu ‘Ady Al Anshory ketika beliau ditawan kaum kafir Quraisy, padahal di Makkah pada waktu itu tidak ada anggur, kisah ini didalam Shahih Bukhar. Dan yang lainnya dari berbagai macam karomah.
Tetapi dalam hal ini ada beberapa pemahaman yang hilang dari manusia tentang karomah, maka beserta semua yang sudah lalu perlu diperhatikan beberapa masalah:
Pertama: bahwasanya seorang muslim yang benar, dia tidak berusaha keras untuk mendapat karomah, akan tetapi yang ia perjuangkan adalah mendapatkan istiqomah.
Kedua : Keshalihan seseorang tidak diiringi dengan hal-hal yang luar biasa, karena hal-hal yang luar biasa tersebut dapat muncul dari orang kafir dan orang durhaka sebagai istidroj. Seperti hal-hal luar biasa yang akan terjadi pada Dajjal.
Ketiga: Karomah itu bukanlah bukti dari istiqomah, akan tetapi komitmen seseorang dalam memegangi al-Qur`an dan sunnah itulah yang menjadi bukti atas keistiqamahannya. Dengan demikian diketahuilah bahwa orang-orang yang gila dan fasiq serta tukang maksiat tidaklah termasuk pada yang demikian itu. Paling tinggi kedudukan orang yang gila itu adalah diangkat pena daripadanya bukan menjadi wali apalagi disingkap baginya hijab-hijab Allah, karena sesungguhnya hijab tidak akan disingkap untuk siapapun didunia, dan wahyu tidak turun kecuali atas para nabi.
Keempat: Karomah tidak akan mendatangi orang yang menginginkan dan mencarinya, dan sesungguhnya dia hanyalah karunia dari Allah kepada para walinya, kadang mereka memintanya maka terkabul dan kadang mereka memintanya dan tidak terkabul, dan bagi kita hendaknya melihat kepada keadaan seseorang untuk bisa menghukuminya bukan kepada karomahnya.
Kelima: jika seseorang berjalan diatas air atau terbang di udara, makan bara api, menusuk badannya dengan pisau atau minum racun dan menelan pecahan kaca, maka sesungguhnya kita menimbang perkataan semua perkataannya dan semua perbuatannya dalam timbangan alqur’an dan sunnah yang shahih, jika sesuai maka dia adalah siddiq (orang yang benar) dan jika menyelisihi maka dia adalah zindiq (orang yang sesat).

Syarat Syarat bagi orang yang telah terbukti memiliki karomah beserta istiqomah:
  • Tidak boleh meyakini bahwa wali ini mengatur alam semesta, tidak boleh berdoa kepadanya dan minta pertolongan kepadanya terhadap berbagai macam kesulitan, karena keyakinan ini secara umum menyebabkan keluar dari Islam dan merupakan pembatal tauhid rububiyah dan uluhiyah.
  • Tidak boleh meyakini bahwa wali ini mengetahui yang ghaib dan bahwasanya dia dapat mencukupi dirinya dan orang lain.
  • Tidak boleh meyakini bahwa wali berkembang dan tampak dalam bentuk yang berbeda beda, kadang engkau melihatnya berwujud singa, dan bahwasanya dia muncul di tempat tempat yang berbeda pada saat yang sama, sebagaimana yang tertulis pada kebanyakan buku-buku sesat yang didalamnya tidak ada pengertian dan pengetahun terhadap Islam.
  • Tidak boleh meyakini bahwa seorang wali itu boleh baginya melanggar syari’at, akan tetapi wali itu wajib tunduk kepada syariat serta tidak mengingkarinya walaupun hanya dengan meninggalkan shalat jamaah.
  • Tidak boleh berkeyakinan bahwa kewalian itu berada ditangan wali yang paling besar, dia memberikannya kepada orang yang dia kehendaki dari para pengikutnya, ini merupakan kesesatan nyata yang tidak memerlukan pembuktian atas kebatilannya.
  • Tidak boleh berkeyakinan bahwa kewalian itu memiliki penutup sebagaimana kenabian itu memiliki penutup.
  • Tidak boleh berkeyakinan bahwa wali itu memungkinkan baginya untuk merampas ilmu dan petunjuk dari orang orang yang menentangnya. Ini termasuk keyakinan batil mereka bahwasanya wali dapat bertindak dan mengatur alam semesta.
  • Tidak boleh bersusah payah melakukan perjalanan jauh untuk menziarahi kuburan wali, karena perbuatan ini melanggar syariat dan tidak ada dalil dari al-Qur’an maupun sunnah.
  • Tidak boleh meyakini penampakan ruh Nabi pada seorang wali, dan menjadikannya sebagai bagian dari karamahnya. Karena yang demikian itu tidak ada dasarnya sama sekali dalam syariat.
    Para pemimpin wali yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Sepuluh orang yang dijamin masuk surga, sahabat yang ikut perang badar, sahabat yang ikut bai’at ridwan, tidak ada satu riwayatpun dari salah satu diantara mereka mengenai penampakkan ruh nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepadanya, juga tidak pula berkumpulnya dia dengan beliau setelah beliau wafat, kecuali hanya melihat dalam mimpi, karena mimpi bertemu Rasul telah disepakati kemungkinan dan terjadinya pada sebagian orang, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :
    “Barang siapa telah melihatku dalam tidurnya maka dia seperti melihatku dalam keadaan terjaga” dalam satu riwayat: “maka dia telah melihat kebenaran”, dalam riwayat lain: “sesungguhnya syetan tidak bisa menyerupaiku”. (Hadits diriwayatkan oleh bukhori dan muslim serta yang lainnya).
  • Tidak boleh meyakini kehadiran Nabi dalam berbagai perkumpulan dan majelis, dan berdirinya orang dalam majelis bagi beliau adalah penyelewengan yang nyata. Dan yang lebih besar dari itu adalah pengakuan sebagian mereka, bahwa mereka melihat Nabi dalam keadaan terjaga. Sesungguhnya ini menyelisihi al-qur’an dan sunnah serta ijma’ umat, karena sesungguhnya orang yang sudah mati, mereka hanya akan dibangkitkan pada hari kiamat tidak didunia, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
    “Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.”
    (Qs. Al Mukminun 15-16).
    Keyakinan-keyakinan yang batil ini secara pasti dapat diketahui bahwa dia menyalahi Al Qur’an, sunnah, petunjuk shahabat dan tabi’in. Dan diketahui pula bahwa ia adalah jalan para wali syetan, bukan jalan wali Allah yang Maha Rahman.
Kriteria Karomah yang diterima:
  1. Hendaknya orang yang mengalaminya adalah dari hamba-hamba Allah yang beriman dan bertakwa.
    “Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa”
    .
  2. Hendaklah orang yang memiliki karomah itu tidak mengaku sebagai wali, karena tidak bisa memastikan amalan itu diterima.
  3. Hendaknya karomah itu tidak digunakan untuk membantu perbuatan maksiat kepada Allah.
  4. Hendaknya tidak mengandung unsur meninggalkan satupun dari amalan-amalan wajib atau melakukan perbuatan perbuatan yang diharamkan atau menetapkan suatu ibadah yang tidak ditetapkan oleh syariat, seperti pengakuan menjumpai Nabi dalam keadaan terjaga.
Para wali Allah telah sepakat bahwa seseorang jika terbang di udara dan berjalan diatas air tidak dianggap hal itu sehingga dilihat keshalihan, keistiqomahan dan posisinya terhadap batasan-batasan Allah, menjauhi larangan larangannya dan melaksanakan apa yang diridhoi oleh Allah.
Imam Syafi’i telah berkata: “Apabila kalian melihat seseorang berjalan diatas air dan terbang di udara maka janganlah kamu tertipu dengannya hingga kalian menimbangnya pada al-Qur`an dan sunnah.”
Sebagian para penipu mengarang cerita-cerita: kadang kala mereka mengaku melihat Nabi dalam mimpi, kadang kala melihat wali fulan, padahal syetan telah mendatangi didalam mimpinya dengan mengaku sebagai Abu Bakar, Umar, atau Khidir atau Abdul Qodir Al Jailani. Lalu dia mengira hal itu merupakan karamah yang dia miliki.
Al Hafidz Ibnu katsir telah menyebutkan mengenai tafsir ayat “Dan ingatlah ketika Kami berkata kepada para malaikat: ‘sujudlah kalian!” bahwasanya hal-hal yang luar biasa bisa saja terjadi pada selain wali, bahkan bisa terjadi pada orang yang durhaka, dan juga orang kafir. Dan dengan apa yang telah ditetapkan oleh banyak hadits tentang Dajjal mengenai apa yang terjadi melalui tangannya dari perkara-perkara yang luar biasa yang banyak seklai. Seperti, dia menyuruh langit hujan maka turun hujan, dan bumi agar tumbuh maka tumbuhlah, dan mengikutinya apa yang ada dalam bumi, dan dia membunuh seorang pemuda kemudian menghidupkannya kembali, dan yang lainnya dari perkara-perkara yang luar biasa.
Jika alasan kebanyakan orang bahwa bukti keshalihan wali mereka adalah sebagian kejadian yang luar biasa, maka dinamanakah posisi kewalian Ibnu Shayyad menurut mereka? Dan martabat manakah yang akan diduduki oleh Al Masih Ad Dajjal?!
Dan harus diketahui bahwa mayoritas para sahabat -padahal mereka adalah sebaik baik makhluk setelah para nabi- tidak nampak atas mereka berbagai macam karomah, begitu pula mayoritas para tabi’in tidak muncul atas mereka berbagai macam karomah, bahkan sebagian orang yang dijamin masuk surga pun tidak muncul atas mereka berbagai macam karomah padahal mereka telah diberi kabar gembira dengan surga dari Rabb alam Semesta. Maka bagaimana lagi selain mereka?!!
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala keselamatan di dunia dan di akhirat.

(Majalah Qiblati Th. I ed. 5)

sumber :
http://qiblati.com/karomah-dan-hakekat-wali.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar